Home

Senin, 02 April 2012

KONSELING ANALISIS KLASIK


KONSELING ANALISIS KLASIK
(Freud)



A.    Pandangan Tentang Manusia
1. Manusia tidak memegang nasibnya sendiri: tingkah laku manusia ditujukan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan instink-instinknya.
2.  Tingkah laku manusia dikendalikan oleh pengalaman-pengalaman masa lampau.
3. Tingkah laku individu ditentukan oleh faktor-faktor interpersonal dan intrapsikis --- psikis determinisme.

B.    Kepribadian
1.   Tiga tingkat kesadaran yang mempengaruhi perkembangan kepribadian.
a.    Kesadaran (ksad)
b.   Ambang sadar (aksad)
c.    Ketidaksadaran (ktsad)

2.   Struktur Kepribadian
a.    Id
Id disebut juga sistem dasar kepribadian --- libido yang meliputi instink-instink manusia: seks dan agresi
Prinsip: Pemuasan diri

b.   Ego
Ego tidak dibawa sejak lahir, tetapi berkembang seiring dengan hubungan individu dengan lingkungan. Ego menghubungkan individu dengan lingkungannya.
Prinsip: Realitas

c.    Superego
Superego merupakan kontrol internal yang terdiri dari:
1)   Kata hati: apa yang seharusnya tidak dilakukan?
2)   Ego-ideal: Seharusnya saya menjadi apa?
Prinsip: Moral dan Kesempurnaan


Dinamika kepribadian, terpusat pada dinamika hubungan antara id, edo dan superego (IDES)
   
3.   Perkembangan Kepribadian
a.    Asumsi
1)   Dasar kepribadian terbentuk pada usia lima tahun pertama (litama), kemudian periode tenang, dan aktif kembali pada periode remaja (adolescent)
2)   Pada setiap periode perkembangan ada dari bagian tubuh tertentu yang menjadi pusat kepuasan diri.

b.   Tahap perkembangan
1)   Pregenital
a)    Oral (Umur 0-2 tahun)
b)   Anal (Umur 3 tahun)
c)    Phallic (Umur 4-5 tahun)

2)   Latency: masa tenang, pembentukan keterampilan yang tidak terait dengan uneur-uneur seks.

3)   Genital: masa heteroseksual

c.    Perkembangan kepribadian menerapkan hasil dua faktor besar:
1)   Kematangan, apabila individu bergerak menurut pola perkembangan yang alamiah
2)   Hasil belajar dalam mengatasi tekanan dan kecemasan
3)   Kesehatan mental yang baik adalah hasil dari keseimbangan antara kinerja id, ego, dan superego (IDES).

C.    Kasus
1. Setiap tahap perkembangan individu rawan terhadap suasana frustasi, konflik, dan rasa tertekan.

2.   Mekanisme Pertahanan Diri (MPI)
 Cara ego menghadapi masalah melalui penolakan, pemalsuan ataupun      memanipulasi kenyataan --- beroperasi secara tidak sadar:
a.    Identifikasi: menyatukan ciri-ciri orang lain ke dalam kepribadian sendiri
b.   Displacement: mengalihkan perhatian dari satu objek ke objek yang lain:
1)   Kompesasi
2)   Sublimasi
c. Represi : menolak atau menekan dorongan-dorongan yang muncul dengan cara tidak mengakui adanya dorongan itu
d.   Proyeksi: melemparkan keadaan diri kepada orang lain atau seubjek lain
e. Reaksi-Formasi: mengganti dorongan yang muncul dengan hal-hal sebaliknya
f.     Fiksasi: terpaku pada satu tahap perkembangan karena takut memasuki tahap perkembangan berikutnya.
g.    Regresi: kembali ke tahap perkembangan sebelumnya.

3.   Tingkah Laku Salah Suai (TLSS)
TLSS disebabkan oleh kekacauan dalam berfungsinya individu:
a.    Dinamika yang tidak efektif antara id, ego, dan superego (IDES).
b.   Proses belajar yang tidak benar pada masa kanak-kanak.

4.   Neurosis
Keadaan neurosis dapat dikembalikan kepada proses perkembangan awal, bagaimana individu mengaktualisasikan mekanisme pertahanan diri untuk mengatasi ketegangan dirinya. Keadaan neurosis amat menguras energi sehingga individu tidak mampu lagi menghadapi kenyataan.

D.    Tujuan
1. Membawa ke kesadaran (ksad) dorongan-dorongan yang ditekan ke ketidaksadaran (ktsad) yang mengakibatkan kecemasan.
2.   Memberikan kesempatan kepada klien menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.

E.    Teknik
1. Membangun suasana bebas tekanan. Dalam suasana bebas itu klien menelusuri apa yang tepat dan tidak tepat pada dirinya (tingkah lakunya) dan mengarahkan diri untuk membangun tingkah laku baru.

2.   Teknik Dasar
a.    Asosiasi Bebas (asbas) : memberikan kesempatan seluas-luasnya dan sebebas-bebasnya kepada klien untuk mengemukakan/ mengungkap-kan apa yang terasa, terpikirkan, teringat, dan ada pada dirinya.
b. Transferensi (trans) : mengarahkan perasaan-perasaan klien (yang tertekan) kepada Konselor dengan mengandaikan Konselor itu adalah subjek yang menyebabkan perasaan tertekan itu.
c.    Interpretasi : membawa klien memahami dan menghadapi dunia nyata, melalui pemikiran yang objektif --- memperkuat fungsi ego.

Rujukan:

Prayitno. 1998. Konseling Pancawaskita: Kerangka Konseling Eklektik. Padang: UNP Press.

-- Salam Kopasta --

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan bergabung ke MEMBERS CCI untuk dapat meninggalkan komentar sahabat.Terima Kasih!