Home

Jumat, 15 Juni 2012

Kemandirian Remaja


a.         Hakikat Kemandirian
Dalam Bahasa Indonesia, kata “mandiri” diartikan sebagai suatu keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung kepada orang lain. Kata “kemandirian” adalah kata benda dari kata mandiri yang diartikan sebagai hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Kemandirian merupakan suatu bentuk perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi masalah yang terjadi serta mampu melakukan berbagai kegiatan dan tidak tergantung dengan orang lain, yang ditujukan untuk kepentingan pribadi dan kepentinga umum.  

Masrun (dalam Rukhil Isnaini, 2004) menyatakan bahwa:
Kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan  seseorang  untuk  bertindak  bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhan-nya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan  bertindak original/ kreatif,  dan penuh  inisiatif, mampu   mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.


 
Selanjutnya Menurut  Brawer  (dalam Lina Martiyastuti, 2008)  kemandirian adalah suatu perasaan otonomi, sehingga pengertian perilaku mandiri adalah suatu  kepercayaan  diri  sendiri,  dan  perasaan  otonomi  diartikan  sebagai perilaku yang  terdapat dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam tidak karena terpengaruh oleh orang lain.
Menurut Havighurst (dalam Mu’tadin, 2002) kemandirian  merupakan  suatu  sikap  individu  yang  diperoleh  secara  kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam   menghadapi  berbagai  situasi  di  lingkungan,  sehingga   individu   pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri.
Kemandirian menunjuk pada adanya kepercayaan akan kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tanpa bantuan orang lain, tanpa dikontrol oleh orang lain, dapat melakukan kegiatan dan menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapinya. Selanjutnya, dengan mengutip pendapat Johnson dan Medinnus (dalam Widjaja, 1986) menjelaskan bahwa kemandirian merupakan salah satu ciri kematangan yang memungkinkan seorang anak berfungsi otonom, berusaha ke arah terwujudnya prestasi pribadi dan tercapainya suatu tujuan.
Dalam istilah psikologi, kata mandiri dipadankan dengan kata otonomi (autonomy). Senada dengan pendapat di atas, secara singkat Chaplin (1997) dalam Kamus Psikologi memberikan arti kata autonomy sebagai keadaan pengaturan diri, atau kebebasan individu manusia untuk memilih, menguasai dan menentukan dirinya sendiri.
Kartini Kartono (1985) menyatakan kemandirian seseorang terlihat pada waktu orang  tersebut  menghadapi masalah.  Bila  masalah  itu dapat  diselesaikan sendiri tanpa meminta bantuan dari orang lain dan akan bertanggung  jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil  melalui berbagai  pertimbangan  maka  hal  ini  menunjukkan  bahwa orang  tersebut mampu untuk mandiri. Melalui kemandiriannya, individu dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat  berkembang lebih mantap. Kemandirian juga terlihat dari kemampuan  individu dalam mengambil keputusan dan mengatasi masalah.
Dari  beberapa  pendapat para  ahli   di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kemandirian merupakan sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan  atau  tergantung dari orang lain dan dapat  bertanggung jawab  terhadap  segala  keputusan  yang  telah  diambil  melalui  berbagai pertimbangan sebelumnya.
b.        Kemandirian Remaja
Menurut Fasick (dalam Rice, 1996) mengatakan: “one goal of every adolescent is to be accepted as an autonomous adult”. maksudnya kemandirian merupakan salah satu aspek yang gigih diperjuangkan dan diidamkan oleh setiap para remaja. Tuntutan adanya separasi (separation) atau self-detachment dari para remaja terhadap orangtua atau keluarganya semakin tinggi, hal ini sejalan dengan memuncaknya proses perubahan fisik, kognisi, afeksi, sosial, moral dan mulai matangnya pribadi para remaja saat memasuki masa dewasa awal, dan berkembangnya kebutuhan akan kemandirian (autonomy) dan pengaturan diri sendiri (self directed) dari para remaja.
Steinberg (1993), menyatakan bahwa secara psikososial kemandirian tersusun dari tiga bagian pokok yaitu: 1). Emotional autonomy (kemandirian emosi), 2). Behavioral autonomy (kemandirian untuk bertindak atau berbuat), dan 3). Value autonomy (kemandirian nilai).
Hill dan Holmbeck (dalam Steinberg, 1993) mengemukakan beberapa indikator dari munculnya kemandirian berbuat pada seorang remaja diantaranya adalah sebagai berikut:
1)        Kemampuan untuk membuat keputusan sendiri dan mengetahui dengan pasti kapan seharusnya meminta/ mempertimbangkan nasehat orang lain.
2)        Mampu mempertimbangkan bagian-bagian alternatif dari tindakan yang dilakukan berdasarkan penilaian diri sendiri dan saran-saran orang lain,
3)        Mencapai suatu keputusan yang bebas tentang bagaimana seharusnya bertindak/ melaksanakan keputusan dengan penuh percaya diri.
4)        Value autonomy (kemandirian nilai), yaitu aspek kebebasan untuk memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah, hak dan kewajiban, apa yang penting dan apa yang kurang atau tidak penting.
Kemandirian nilai sesungguhnya menunjuk kepada suatu pengertian mengenai kemampuan seseorang dalam mengambil sebuah keputusan dan menetapkan sebuah pilihan dengan berpegang atas dasar prinsip-prinsip individual yang dimilikinya daripada mengambil prinsip-prinsip dari orang lain.
Jika dibandingkan dengan dua kemandirian sebelumnya yakni kemandirian emosi dan kemandirian untuk berbuat, maka kemandirian nilai merupakan proses yang paling kompleks, tidak jelas bagaimana prosesnya berlangsung dan seperti apa pencapaiannya, terjadi melalui proses internalisasi yang pada lazimnya tidak disadari dan umumnya berkembang paling akhir, dan paling sulit dicapai secara sempurna. Menurut Thornburg (1982), kemandirian nilai akan lebih berkembang setelah sebagian besar keputusan yang menyangkut cita-cita, pendidikan, rencana pekerjaan, dan perkawinan dialami dan dicapainya. Dalam banyak kasus, sistem nilai remaja dan orangtua sedemikian sama sehingga nilai-nilai orangtua akan dilestarikan oleh seorang remaja pada masa setelah ia dewasa.
Perkembangan kemandirian nilai membawa perubahan-perubahan pada konsepsi-konsepsi remaja tentang moral, politik, ideology dan persoalan-persoalan agama. Steinberg (1993) menyebutkan bahwa tanda-tanda perkembangan kemandirian nilai remaja diantaranya sebagai berikut:
1)   Cara remaja dalam memikirkan segala sesuatu menjadi semakin abstrak,
2)   Keyakinan-keyakinan remaja menjadi semakin bertambah mengakar pada prinsip-prinsip umum yang memiliki beberapa basis idiologis,
3)   Keyakinan-keyakinan remaja menjadi semakin bertambah tinggi dalam nilai-nilai mereka sendiri, bukan hanya dalam suatu sistem nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau figur pemegang kekuasaan lainnya
c.         Ciri-ciri Kemandirian
Kemandirian mempunyai ciri-ciri yang beragam, banyak dari para ahli  yang  berpendapat  mengenai  ciri-ciri  kemandirian. Ada lima ciri  kemandirian individu menurut Prayitno (1998) yaitu:
1)   Pemahaman dan penerimaan diri secara positif dan dinamis
2)   Pemahaman dan penerimaan lingkungan secara objektif dan dinamis
3)   Pengambilan keputusan secara tepat
4)   Pengarahan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambil
5)   Perwujudan diri secara optimal
Brooks & Emmert (dalam Sri Hartati, 2009)  menjelaskan ciri­ciri individu yang memiliki konsep diri yang positif dan negatif. Ciri­ciri individu yang memiliki konsep diri positif diantaranya merasa  yakin akan kemampuannya, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak  seluruhnya disetujui oleh masyarakat, dan mampun memperbadiri karena sanggup mengungkapkan  aspek­aspek   kepribadia yang   tidak   disenang da berusaha mengubahnya, sedangkan ciri­ciri individu dengan konsep  diri negatif adalah peka terhadap kritik, responsif terhadap pujian, tidak pandai dan tidak sanggup  dalam mengungkapkan  penghargaan  atau  pengakuan  pada  orang  lain  atau  hiperkritis, merasa tidak  disenangi oleh orang lain dan bersikap pesimistis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganan untuk bersaing dengan orang lain dalam meraih prestasi.
Selanjutnya Menurut Gilmore (dalam Rukhil Isnaini, 2004) merumuskan ciri kemandirian itu meliputi:
1)        Ada rasa tanggung jawab
2)        Memiliki pertimbangan dalam menilai problem yang dihadapi secara intelegen
3)        Adanya perasaan aman bila memiliki pendapat yang berbeda dengan orang lain
4)        Adanya sikap kreatif sehingga menghasilkan ide yang berguna bagi orang lain.
Ciri-ciri kemandirian menurut Lindzey & Ritter (dalam Rukhil Isnaini,  2004)  berpendapat  bahwa  individu  yang  mandiri  mempunyai  ciri-ciri sebagai berikut:
1)        Menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar prestasi
2)        Secara relatif jarang mencari pertolongan pada orang lain
3)        Menunjukkan rasa percaya diri
4)        Mempunyai rasa ingin menonjol
Sejalan   dengan   dua   pendapat   dar ahli   diatas Antonius  (dalam Rukhil Isnaini, 2004) mengemukakan bahwa ciri-ciri mandiri adalah sebagai berikut:
1)        Percaya diri
2)        Mampu bekerja sendiri
3)        Menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya
4)        Menghargai waktu
5)        Tanggung jawab
Setelah melihat ciri-ciri kemandirian yang dikemukakan   dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kemandirian tersebut antara lain:
1)        Pemahaman dan penerimaan diri secara positif dan dinamis
2)        Pemahaman dan penerimaan lingkungan secara objektif dan dinamis
3)        Pengambilan keputusan secara tepat
4)        Pengarahan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambil
5)        Perwujudan diri secara optimal
Selanjutnya pendapat ahli tentang ciri-ciri kemandirian  tersebut akan diformulasikan untuk pengembangan instrumen sesuai dengan kebutuhan penelitian.
d.        Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian pada remaja menurut Masrun (dalam Rukhil Isnaini, 2004) yaitu:
1)      Usia
Pengaruh dari orang lain akan berkurang secara perlahan-lahan pada saat anak menginjak usia lebih tinggi. Pada usia remaja mereka lebih berorientas internal,  karena  percaya  bahwa  peristiwa-peristiwa  dalam hidupny ditentukan   ole tindakanny sendiri.   Anak-anak   akan   lebih tergantung pada orang tuanya, tetapi ketergantungan itu lambat laun akan berkurang sesuai dengan bertambahnya usia.
2)        Jenis kelamin
Keinginan  untuk  berdirsendiri  dan  mewujudkan  dirinya  sendiri merupakan kecenderungan yang ada pada setiap remaja. Perbedaan sifat- sifat  yang dimiliki oleh pria dan wanita disebabkan oleh perbedaan pribadi individu yang diberikan pada anak pria dan wanita. Dan perbedaan jasmani yang menyolok  antara  pria  dan  wanita  secara psikis  menyebabkan  orang beranggapan bahwa perbedaan kemandirian antara pria dan wanita.
3)        Konsep diri
Konsep diri yang  positi mendukung   adany perasaan   yang kompeten pada individu untuk menentukan langkah yang diambil. Bagaimana individu tersebut  memandang  dan menilai   keseluruhan  dirinya atau menentukan sejauh mana pribadi individualnya. Mereka yang mmandang dan menilai  dirinya  mampu,  cenderung  memiliki  kemandirian  dan  sebaliknya mereka yang memandang dan menilai dirinya sendiri kurang atau cenderung menggantungkan dirinya pada orang lain.
4)        Pendidikan
Semakin bertambahnya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, kemungkinan untuk  mencoba sesuatu barsemakin besar, sehingga orang akan lebih kreatif dan memiliki kemampuan. Dengan belajar seseorang dapat mewujudkan   dirinya  sendiri  sehingga  orang  memiliki  keinginan  sesuatu secara tepat tanpa tergantung dengan orang lain.
5)        Keluarga
Orang  tua mempunyai   peranan   yang  sanga penting   dalam melatarkan dasar-dasar kepribadian seorang anak,  demikian  pula  dalam pembentukan kemandirian pada diri seseorang.
6)        Interaksi sosial
Kemampuan remaja dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial serta  mampu  melakukan  penyesuaian diri  dengan baik akan mendukung perilaku remaja  yang bertanggung jawab, mempunyai perasaan aman dan mampu menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi dengan baik tidak mudah menyerah akan mendukung untuk berperilaku mandiri.
Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam mencapai kemandirian seseorang tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang mendasari terbentuknya kemandirian itu sendiri. Faktor-faktor ini mempunyai peranan  yang  sangat  penting  dalam  kehidupan  yang  selanjutnya  akan menentukan  seberapa  jauh  seorang  individu  bersikap  dan  berpikir  cara mandiri dalam menjalani kehidupan lebih lanjut.
e.         Proses Terbentuknya Kemandirian
Lingkungan kehidupan  yang  dihadapi  individu  sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, baik segi-segi positif maupun  negatif. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam   bidang   nilai   dan   kebiasaan-kebiasaa hidup   akan   membentuk kepribadiannya,  dalam  hal  ini  adalah  kemandiriannya.  Lingkungan  sosial yang  mempunyai  kebiasaan   yang  baik  dalam  melaksanakan  tugas-tugas dalam kehidupan mereka, demikian pula keadaan dalam kehidupan keluarga akan mempengaruhi perkembangan keadaan kemandirian anak. Sikap orang tua  yang  tidak  memanjakan  anak  akan   menyebabkan anak berkembang secara wajar dan menggembirakan. Sebaliknya anak yang dimanjakan akan mengalami kesukaran dalam hal kemandiriannya.
Pola pendidikan yang baik selalu ditegakkan dengan prinsip-prinsip memberi hadiah dan memberi hukuman yang akan menyebabkan anak-anak dalam keluarga memiliki  taraf  kesadaran   dan  pengalaman  nilai-nilai kehidupan yang  lebih baik. Kehidupan yang terkesan amburadul, anormatif dan gersang dari  keteladanan yang terpuji, menyebabkan anak-anak  didik yang   tumbuh dalam keluarga  tersebut  akan   menunjukkan keadaan kepribadian yang kurang bahkan tidak menggembirakan.
Menurut  Antonius  (dalam Rukhil Isnaini, 2004)  lingkungan  sosial  ekonomi  yang memadai  dengan  pola pendidikan dan pembiasaan yang baik   akan mendukung perkembangan anak-anak menjadi mandiri demikian pula sebaliknya. Keadaan sosial ekonomi yang belum menguntungkan bahkan pas-pasan jika ditunjang dengan penanaman taraf kesadaran yang baik terutama dalam hal upaya mencari nafkah dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan, akan menyebabkan anak-anak mempunyai nilai kemandirian yang baik. Sebaliknya jika keadaan sosial  ekonomi masih kurang menggembirakan, sedang kedua orang tua tidak menghiraukan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya, dan taraf keteladanan pun jauh dari taraf keluhuran, maka bukan tidak mungkin anak-anak  berkembang  salah  dan  sangat  merugikan  masa  depannya  jika tidak tertolong dengan pendidikan selanjutnya.
Lingkungan keluarga yang mempunyai nilai-nilai yang baik akan memungkinkan  ana berkemampuan   untu melakukan   pilihan   terhadap sesuatu  secara baik. Sebaliknya keluarga yang tidak mempunyai nilai-nilai baik akan  membiarkan anaknya. Orang tua yang baik tentu akan menuntun anak-anaknya agar selalu memperhatikan teman sepergaulannya. Dianjurkan untuk selalu mencari teman yang baik akhlaknya, bukan sekedar mempunyai teman  dalam  kehidupan  tanpa  memperhatikan  taraf  kebaikan  sikap  dan tingkah lakunya (Hasan Basri dalam Rukhil Isnaini, 2004).  Individu yang memiliki konsep diri positif akan  menilai  dirinya  mampu, cenderung memiliki kemandirian dan sebaliknya individu yang memiliki konsep diri negatif akan menilai dirinya sendiri kurang atau cenderung menggantungkan dirinya pada orang lain.

3 komentar:

  1. Anonim15.6.12

    Trim's ya

    BalasHapus
  2. ka mau daftar pustakanya dong,
    ciri-ciri kemandirian menurut prayitno ada di buku apa ya ka?
    terimakasih

    BalasHapus
  3. Liaha daftar pustaka nya

    BalasHapus

Silahkan bergabung ke MEMBERS CCI untuk dapat meninggalkan komentar sahabat.Terima Kasih!