Home

Jumat, 15 Juni 2012

Konsep Diri


1.    Pengertian Konsep Diri
Pengetahuan tentang diri merupakan hal yang sangat penting. Individu perlu memahami dan menyadari dirinya sendiri, sehingga individu memiliki kerangka yang mengarahkan perilakunya didalam lingkungannya. Kajian konsep diri merupakan tema pokok dalam psikologi humanistik yang merupakan salah satu aspek sekaligus inti dari kepribadian seseorang. Para ahli mendefenisikan konsep diri dengan berbagai sudut pandang masing-masing.

William D. Brooks (dalam Jalaludin Rakhmat, 2001: 99) mendefinisikan konsep diri sebagai “those physical, social and psychological perception of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others”. Jadi, konsep diri adalah pandangan dan perasan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial dan fisik.

Menurut Epstein, dkk (dalam Elida Prayitno, 2006: 121) “konsep diri (self concept) sebagai pendapat atau perasaan atau gambaran seseorang tentang dirinya sendiri baik yang menyangkut materi, fisik (tubuh) maupun psikis (sosial, emosional, moral dan kognitif) yang dimiliki seseorang”. Kemudian Anita Taylor et al (dalam Jalaludin Rakhmat, 2001: 100) mendefinisikan konsep diri sebagai  “all you think and you feel about you, the entrie complex of belief and attitudes you hold about yourself”. Semua yang anda pikirkan dan anda rasakan tentang anda, termasuk keseluruhan keyakinan dan sikap yang anda pegang tentang diri anda.
Selanjutnya Suhadianto (2008) mengutip pendapat Rini menyatakan konsep diri merupakan keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Hurlock (1980: 234) mengemukakan bahwa “konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya; meliputi karakteristik fisik, sosial, psikologis, emosional, aspirasi dan prestasi”.  Senada dengan itu, menurut Burns yang dikutip oleh Yudi (2008: 1) mengemukakan “konsep diri adalah pengetahuan dan evaluasi terhadap diri sendiri yang diperoleh melalui pengalaman dari interaksi dengan orang lain”.  Seterusnya Suhadianto (2008: 1) mengutip pendapat Cawagas menyatakan konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisik, karakteristik pribadi, motivasi, kelemahan, kepandaian, kegagalan dan lain sebagainya.
Ketika seseorang menyadari siapa dirinya maka akan ada unsur penilaian tentang keberadaan dirinya itu. Apakah dia seorang remaja yang baik atau kurang baik, berhasil atau kurang berhasil, mampu atau kurang mampu. Alex Sobur (2003: 507) menjelaskan bahwa “konsep diri adalah semua persepsi kita terhadap aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek sosial dan aspek psikologis yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain”. Lebih lanjut James F. Calhoun dan Joan Ross Acocella (1990: 90) menjelaskan “kosep diri adalah gambaran mental diri anda sendiri yang terdiri dari pengetahuan tentang diri anda, pengharapan bagi diri anda, dan penilaian terhadap diri anda.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan pemahaman, penilaian dan harapan individu terhadap dirinya sendiri, meliputi: kondisi fisik, hubungan sosial, keadaan emosional dan kemampuan intelektual. Selanjutnya guna untuk kebutuhan penelitian pendapat Epstein, dkk tentang konsep diri (dalam Elida Prayitno, 2006: 121) yang menyatakan “konsep diri (self concept) sebagai pendapat atau perasaan atau gambaran seseorang tentang dirinya sendiri baik yang menyangkut materi, fisik (tubuh) maupun psikis (sosial, emosional, moral dan kognitif) yang dimiliki seseorang” akan diformulasikan untuk pengembangan instrumen sesuai dengan kebutuhan penelitian.

2.    Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri tidak dibawa sejak lahir tetapi secara bertahap sedikit demi sedikit  timbul sejalan dengan berkembangnya kemampuan persepsi individu. Konsep diri manusia terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seseorang dari kecil hingga dewasa. Bayi yang baru lahir tidak memiliki konsep diri karena mereka tidak dapat membedakan antara dirinya dengan lingkungannya. Menurut Allport yang dikutip oleh Rizky Mulya Rahman (2009: 1) menyatakan bahwa bayi yang baru lahir tidak mengetahui tentang dirinya.
Rizki Mulya Rahman (2009: 1) mengutip pendapat Rahmat menjelaskan bahwa konsep diri bukan hanya sekedar gambaran deskriptif, tapi juga penilaian diri anda tentang diri anda. Jadi konsep diri meliputi apa yang anda pikirkan dan apa yang anda rasakan tentang diri anda. Adanya proses perkembangan konsep diri menunjukan bahwa konsep diri seseorang tidak langsung dan tetap, tetapi merupakan suatu keadaan yang mempunyai proses pembentukan dan masih dapat  berubah.
Menurut Alex Sobur (2003: 510) konsep diri terbentuk berdasarkan persepsi seseorang tentang sikap orang lain terhadap dirinya. Pada seorang anak, ia mulai belajar berfikir dan merasakan dirinya seperti yang telah ditentukan oleh orang lain dalam lingkungannya; seperti orang tua, guru, atau teman-temannya, sehingga apabila seorang guru mengatakan secara terus menerus pada siswanya bahwa ia kurang mampu, lama kelamaan anak akan mempunyai konsep diri seperti itu.
Dalam pandangan Clara R. Pudjijogyanti (dalam Alex Sobur, 2003: 511), konsep diri terbentuk atas dua komponen, yaitu komponen kognitif  dan komponen afektif. Komponen kognitif meliputi pengetahuan individu tentang keadaan dirinya atau gambaran “siapa saya?” Misalnya: “saya anak bodoh” atau “saya anak nakal”. Komponen afektif meliputi penilaian individu terhadap dirinya. Penilaian tersebut akan membentuk penerimaan terhadap diri serta penghargaan diri individu.
3.    Konsep Diri Remaja
Menurut Hurlock (1980: 235) pada masa remaja terdapat delapan kondisi yang mempengaruhi konsep diri yang dimilikinya, yaitu:
a.    Usia kematangan
Remaja yang matang lebih awal dan diperlakukan hampir seperti orang dewasa akan mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik. Tetapi apabila kematangan remaja terlambat dan diperlakukan seperti anak-anak, maka mereka akan merasa bernasib kurang baik sehingga kurang bisa menyesuaikan diri.
b.    Penampilan diri
Penampilan diri yang berbeda bisa membuat remaja merasa rendah diri. Daya tarik fisik yang dimiliki sangat mempengaruhi dalam pembuatan penilaian tentang ciri kepribadian seorang remaja.
c.    Kepatutan seks
Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat dan perilaku membantu remaja mencapai konsep diri yang baik. Ketidak patutan seks membuat remaja sadar dan hal ini memberi akibat buruk pada perilakunya.
d.   Nama dan julukan
Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau bila mereka memberi nama dan julukan yang bernada cemoohan.
e.    Hubungan keluarga
Seorang remaja yang memiliki hubungan yang dekat dengan salah satu anggota keluarga akan mengidentifikasikan dirinya dengan orang tersebut dan juga ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama.
f.     Teman sebaya
Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cermin dari anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya dan yang kedua, seorang remaja berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok.
g.    Kreatifitas
Remaja yang masa kanak-kanak didorong untuk kreatif dalam bermain dan dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan perasaan individualitas dan identitas yang memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya. Sebaliknya, remaja yang sejak awal masa kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan kurang mempunyai perasaan identitas dan individualitas.
h.    Cita-cita dan perencanaan karir
Bila seorang remaja tidak memiliki cita-cita dan perencanaan karir yang realistik, maka akan mengalami kegagalan. Hal ini menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-reaksi bertahan dimana remaja tersebut akan meyalahkan orang lain  atas kegagalannya. Remaja yang realistis pada kemampuannya akan lebih banyak mengalami keberhasilan dari pada kegagalan. Hal ini menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang lebih baik.
Havighurst (dalam Elida Prayitno & Erlamsyah, 2002: 37) mengungkapkan bahwa salah satu tugas perkembangan yang harus dicapai dalam periode remaja yaitu “memperoleh kemampuan untuk memilih dan mempersiapkan diri dalam karir/pekerjaan” Remaja yang mencapai perkembangan ini mereka sudah memiliki keyakinan nilai-nilai untuk bekal hidup dalam karir, memiliki ketetapan hati untuk karir yang akan ditekuni, dan mengarahkan diri mereka dalam pendidikan dan kepribadian sesuai tuntutan karir yang mereka pilih.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa konsep diri remaja dipengaruhi oleh usia, kematangan, penampilan diri, kepatutan seks, nama dan julukan, hubungan keluarga, teman sebaya, kreatifitas, cita-cita dan perencanaan karir.

2 komentar:

  1. Anonim17.6.12

    Wahhh bagus mas hengki.. sering2 update ya info konselingnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seep dah mas Bolo... mari terus berkarya demi kejayaan BK di Indonesia

      Hapus

Silahkan bergabung ke MEMBERS CCI untuk dapat meninggalkan komentar sahabat.Terima Kasih!