KONSELING
EGO
(Adler, Jung, Fromm)
A. Pandangan Tentang
Manusia
1.
Manusia tidak sekedar terikat pada dorongan
instinktifnya, melainkan dipengaruhi oleh lingkungannya.
2.
Mengutamakan fungsi ego yang merupakan energi psikologikal individu, meskipun masih
mengakui adanya id, ego dan superego.
B. Kepribadian
1.
Perkembangan Kepribadian
a.
Kepribadian merupakan produk dari berbagai faktor
dalam waktu yang cukup lama
b.
Perkembangan Psikososial Erikson:
No
|
Ego yang
kuat
|
Ego yang kurang
kuat
|
1
|
Trust
|
Mistrust
|
2
|
Autonomy
|
Shame and doubt
|
3
|
Initiative
|
Guilt
|
4
|
Industry
|
Inferiority
|
5
|
Ego Identity
|
Role confusion
|
6
|
Intimacy
|
Isolation
|
7
|
Generality
|
Stagnation
|
8
|
Integrity
|
Despair
|
c.
Ego berkembang atas kekuatannya sendiri, tidak tergantung
pada energi id.
d.
Pertumbuhan ego
yang normal merupakan perkembangan kemampuan komunikasi pada anak:
1)
Deferensiasi
2)
Berkembang melalui hubungan dengan lingkungan
3)
Coping Ability (CA) melalui:
a)
Pola-pola baru tingkah laku
b)
Usaha sadar yang akan menjadi otomatis
e.
Pola dasar tingkah laku terbentuk pada masa enam
tahun pertama (entama).
2.
Fungsi ego :
dibandingkan dengan teori psikoanalisis klasik, disini fungsi ego lebih positif yaitu berhubungan
dengan lingkungan melalui cara-cara rasional dan sadar.
3.
Tiga kategori fungsi ego:
a.
Impulse economics (imec), kemampuan ego untuk tidak hanya mengotrol
dorongan-dorongan, tetapi menyalur-kannya ke arah tingkah laku yang lebih dapat
diterima dan berguna.
b.
Cognitive function (cogfun), kemampuan ego untuk menganalisis dan berpikir
logis mengatasi perasaan --- ini merupakan kemampuan ego yang bebas dari pengaruh id.
c.
Controlling function (confun), kemampuan ego untuk memutuskan usaha penyelesaian
tugas tanpa diganggu oleh perasaan.
C. Kasus
1.
Apabila individu tertekan oleh keadaan yang
menimpanya dan ego kehilangan kontrol,
maka kontrol terhadap tingkah laku beralih dari kesadaran ke ketidaksadaran ---
kontrol beralih dari ego ke id.
2.
Tingkah Laku Salah Suai (TLSS)
a.
Individu kurang mampu merespon dengan cara yang
layak
b.
Pola tingkah laku yang dimiliki tidak lagi cocok
dengan tuntutan lingkungan (situasi)
c.
Rusaknya fungsi ego.
3.
Individu abnormal adalah individu yang tingkah
lakunya tidak berubah dalam menghadapi tuntutan diri sendiri ataupun lingkungan
yang berubah.
D. Tujuan
1.
Keseluruhan pribadi harus diarahkan untuk berubah,
kalau klien mau dibantu.
2.
Konselor membantu klien memperbaiki satu dua fungsi
ego yang rusak sehingga menimbulkan
kesulitan bagi klien
3.
Tujuan utama konseling ialah membantu klien
membangun identitas ego, memperluas
dan memperkuat berfungsinya sistem ego pada
diri klien.
E. Teknik
1.
Lebih memusatkan pada ciri-ciri individu yang
normal dan sadar, daripada mengungkapkan motif-motif tidak disadari yang
melatarbelakangi tingkah laku klien.
2.
Lebih terpusat pada:
a.
Ranah kognitif
daripada konatif.
b.
Tingkah laku sekarang daripada yang sudah berlalu
c.
Hubungan klien dengan situasi nyata yang
menyebabkan kesulitan.
3.
Membantu klien memahami bagaimana tingkah lakunya
selama ini tidak fungsional dalam menghadapi situasi dan bagaimana ia membangun
tingkah laku baru untuk mengubah situasi yang dihadapinya.
4.
Konselor:
a.
Hangat dan spontan
b.
Professional
c.
Bekerja dengan individu normal yang mengalami
masalah khusus, dalam waktu yang relatif singkat (sekitar 5-6 sesi).
5.
Teknik: teknik yang dipakai tidak kaku, melainkan
luwes sesuai dengan hak klien untuk menjadi dirinya sendiri:
a.
Pengawalan: membina hubungan antara klien dan konselor.
b.
Pengontrolan proses:
1)
Memusatkan kegiatan pada tugas membangun ego strength klien
2)
Mengontrol keseimbangan antara ekspresi klien yang
bersifat kognitif maupun konatif (emosi) ---tetapi proses konseling tetap
menekankan dimensi kognitif.
3)
Mengontrol ambiguitas
dalam proses konseling, untuk:
a)
Mengkontraskan perasaan
b)
Menampilkan keunikan pribadi klien
c)
Membangun transferensi melalui proyeksi
c.
Transferensi (trans), tidak
seperti pada psikoanalisis klasik, dalam ego
konseling transferensi dimaksudkan sebagai perasaan klien yang timbul terhadap
konselor.
d.
Counter transference (konstrans), upaya
konselor untuk mencegah munculnya perasaan terhadap klien dan mempengaruhi
proses konseling.
e.
Diagnosis dan interpretasi, konselor
bertanggungjawab merumuskan dan mendiagnosis masalah, serta memberikan
kesempatan kepada klien untuk memahami masalah-masalahnya itu.
f.
Apabila klien sudah mulai menyadari masalahnya,
proses konseling diarahkan ke pembentukan tingkah laku baru:
1)
Konselor mengajarkan cara-cara baru
2)
Klien dilatih
3)
Mempergunakan tugas rumah yang harus dikerjakan
klien.
Semua itu untuk memperkuat ego yang dapat berfungsi
lebih tepat.
Rujukan:
Prayitno. 1998. Konseling
Pancawaskita: Kerangka Konseling Eklektik. Padang: UNP Press.
--- Salam
Kopasta ---
Berkonseling itu butuh penanganan yang tepat,, tidak salah langakah dalm memilih teknik konseling dalam menangani masalah,, pokok utamanya adalah melihat permasalahannya, lalu pilih penangannya dengan menggunakan model-model teknik yg tepat. sangat bermanfaat penangannan teknik konseling ego ini :)
BalasHapus