a.
Hakikat Kemandirian
Dalam Bahasa Indonesia,
kata “mandiri” diartikan sebagai suatu keadaan dapat berdiri sendiri, tidak
bergantung kepada orang lain. Kata “kemandirian” adalah kata benda dari kata
mandiri yang diartikan sebagai hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa
bergantung kepada orang lain. Kemandirian merupakan suatu bentuk perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi masalah yang terjadi serta mampu melakukan berbagai kegiatan dan tidak tergantung dengan orang lain, yang ditujukan untuk kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
Masrun (dalam Rukhil
Isnaini, 2004) menyatakan bahwa:
Kemandirian adalah suatu sikap yang
memungkinkan seseorang
untuk
bertindak bebas,
melakukan
sesuatu
atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhan-nya sendiri tanpa bantuan
dari orang lain, maupun
berpikir
dan bertindak
original/ kreatif, dan penuh
inisiatif,
mampu mempengaruhi lingkungan,
mempunyai rasa percaya
diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
Menurut
Havighurst
(dalam Mu’tadin, 2002) kemandirian merupakan suatu sikap
individu yang
diperoleh
secara
kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam
menghadapi berbagai
situasi
di
lingkungan, sehingga individu
pada akhirnya akan
mampu berpikir dan bertindak sendiri.
Kemandirian menunjuk pada adanya
kepercayaan akan kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
tanpa bantuan orang lain, tanpa dikontrol oleh orang lain, dapat melakukan
kegiatan dan menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapinya.
Selanjutnya, dengan mengutip pendapat Johnson dan Medinnus (dalam Widjaja,
1986) menjelaskan bahwa kemandirian merupakan salah satu ciri kematangan yang
memungkinkan seorang anak berfungsi otonom, berusaha ke arah terwujudnya
prestasi pribadi dan tercapainya suatu tujuan.
Dalam istilah psikologi, kata
mandiri dipadankan dengan kata otonomi (autonomy).
Senada dengan pendapat di atas, secara singkat Chaplin (1997) dalam Kamus
Psikologi memberikan arti kata autonomy
sebagai keadaan pengaturan diri, atau kebebasan individu manusia untuk memilih,
menguasai dan menentukan dirinya sendiri.
Kartini Kartono
(1985) menyatakan kemandirian
seseorang
terlihat pada
waktu
orang tersebut
menghadapi masalah.
Bila masalah itu
dapat diselesaikan sendiri tanpa meminta bantuan dari
orang lain dan akan bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai
pertimbangan maka hal ini menunjukkan
bahwa orang
tersebut
mampu untuk mandiri.
Melalui kemandiriannya, individu dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat berkembang lebih mantap. Kemandirian juga terlihat dari
kemampuan
individu dalam mengambil keputusan
dan mengatasi masalah.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
kemandirian
merupakan sikap
yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan
atau tergantung
dari orang lain dan dapat bertanggung
jawab terhadap segala keputusan
yang telah diambil
melalui berbagai pertimbangan sebelumnya.
b.
Kemandirian
Remaja
Menurut Fasick (dalam Rice, 1996)
mengatakan: “one goal of every adolescent
is to be accepted as an autonomous adult”. maksudnya kemandirian merupakan
salah satu aspek yang gigih diperjuangkan dan diidamkan oleh setiap para
remaja. Tuntutan adanya separasi (separation)
atau self-detachment dari para remaja
terhadap orangtua atau keluarganya semakin tinggi, hal ini sejalan dengan
memuncaknya proses perubahan fisik, kognisi, afeksi, sosial, moral dan mulai
matangnya pribadi para remaja saat memasuki masa dewasa awal, dan berkembangnya
kebutuhan akan kemandirian (autonomy)
dan pengaturan diri sendiri (self
directed) dari para remaja.
Steinberg (1993), menyatakan
bahwa secara psikososial kemandirian tersusun dari tiga bagian pokok yaitu: 1).
Emotional autonomy (kemandirian
emosi), 2). Behavioral autonomy
(kemandirian untuk bertindak atau berbuat), dan 3). Value autonomy (kemandirian nilai).
Hill dan Holmbeck (dalam
Steinberg, 1993) mengemukakan beberapa indikator dari munculnya kemandirian
berbuat pada seorang remaja diantaranya adalah sebagai berikut:
1)
Kemampuan untuk membuat keputusan
sendiri dan mengetahui dengan pasti kapan seharusnya meminta/ mempertimbangkan
nasehat orang lain.
2)
Mampu mempertimbangkan bagian-bagian
alternatif dari tindakan yang dilakukan berdasarkan penilaian diri sendiri dan
saran-saran orang lain,
3)
Mencapai suatu keputusan yang bebas
tentang bagaimana seharusnya bertindak/ melaksanakan keputusan dengan penuh
percaya diri.
4)
Value
autonomy (kemandirian nilai), yaitu aspek kebebasan untuk
memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah, hak dan kewajiban, apa
yang penting dan apa yang kurang atau tidak penting.
Kemandirian nilai sesungguhnya
menunjuk kepada suatu pengertian mengenai kemampuan seseorang dalam mengambil
sebuah keputusan dan menetapkan sebuah pilihan dengan berpegang atas dasar
prinsip-prinsip individual yang dimilikinya daripada mengambil prinsip-prinsip
dari orang lain.
Jika dibandingkan dengan dua
kemandirian sebelumnya yakni kemandirian emosi dan kemandirian untuk berbuat,
maka kemandirian nilai merupakan proses yang paling kompleks, tidak jelas
bagaimana prosesnya berlangsung dan seperti apa pencapaiannya, terjadi melalui
proses internalisasi yang pada lazimnya tidak disadari dan umumnya berkembang
paling akhir, dan paling sulit dicapai secara sempurna. Menurut Thornburg
(1982), kemandirian nilai akan lebih berkembang setelah sebagian besar
keputusan yang menyangkut cita-cita, pendidikan, rencana pekerjaan, dan
perkawinan dialami dan dicapainya. Dalam banyak kasus, sistem nilai remaja dan
orangtua sedemikian sama sehingga nilai-nilai orangtua akan dilestarikan oleh
seorang remaja pada masa setelah ia dewasa.
Perkembangan kemandirian nilai
membawa perubahan-perubahan pada konsepsi-konsepsi remaja tentang moral,
politik, ideology dan persoalan-persoalan agama. Steinberg (1993) menyebutkan
bahwa tanda-tanda perkembangan kemandirian nilai remaja diantaranya sebagai
berikut:
1) Cara
remaja dalam memikirkan segala sesuatu menjadi semakin abstrak,
2) Keyakinan-keyakinan
remaja menjadi semakin bertambah mengakar pada prinsip-prinsip umum yang
memiliki beberapa basis idiologis,
3) Keyakinan-keyakinan
remaja menjadi semakin bertambah tinggi dalam nilai-nilai mereka sendiri, bukan
hanya dalam suatu sistem nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau figur
pemegang kekuasaan lainnya
c.
Ciri-ciri Kemandirian
Kemandirian mempunyai ciri-ciri yang beragam, banyak dari para ahli yang
berpendapat
mengenai ciri-ciri
kemandirian.
Ada lima ciri kemandirian individu
menurut Prayitno (1998) yaitu:
1) Pemahaman
dan penerimaan diri secara positif dan dinamis
2) Pemahaman
dan penerimaan lingkungan secara objektif dan dinamis
3) Pengambilan
keputusan secara tepat
4) Pengarahan
diri sesuai dengan keputusan yang telah diambil
5) Perwujudan
diri secara optimal
Brooks & Emmert (dalam Sri Hartati, 2009) menjelaskan
ciriciri individu yang memiliki konsep
diri yang positif dan negatif. Ciriciri individu yang memiliki konsep diri positif diantaranya merasa yakin akan kemampuannya, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak
seluruhnya
disetujui
oleh masyarakat, dan mampun
memperbadiri karena
sanggup
mengungkapkan aspekaspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha
mengubahnya, sedangkan ciriciri individu dengan konsep
diri negatif adalah peka
terhadap kritik, responsif terhadap pujian, tidak pandai dan tidak sanggup
dalam mengungkapkan
penghargaan atau
pengakuan
pada
orang lain
atau hiperkritis, merasa tidak
disenangi oleh orang lain dan bersikap pesimistis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganan untuk bersaing dengan orang lain dalam meraih
prestasi.
Selanjutnya Menurut
Gilmore (dalam Rukhil Isnaini,
2004) merumuskan ciri kemandirian itu meliputi:
1)
Ada rasa tanggung jawab
2)
Memiliki pertimbangan dalam menilai problem yang dihadapi
secara intelegen
3)
Adanya perasaan aman bila memiliki pendapat yang berbeda dengan orang lain
4)
Adanya sikap kreatif sehingga menghasilkan ide yang berguna bagi orang lain.
Ciri-ciri kemandirian menurut Lindzey
& Ritter (dalam Rukhil Isnaini, 2004)
berpendapat
bahwa individu
yang mandiri mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar prestasi
2)
Secara relatif jarang mencari pertolongan pada orang lain
3)
Menunjukkan rasa percaya diri
4)
Mempunyai rasa ingin menonjol
Sejalan
dengan
dua
pendapat dari ahli
diatas, Antonius
(dalam Rukhil
Isnaini, 2004)
mengemukakan bahwa ciri-ciri mandiri adalah sebagai berikut:
1)
Percaya diri
2)
Mampu bekerja sendiri
3)
Menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya
4)
Menghargai waktu
5)
Tanggung jawab
Setelah melihat
ciri-ciri
kemandirian yang
dikemukakan dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kemandirian tersebut antara lain:
1)
Pemahaman dan penerimaan diri secara
positif dan dinamis
2)
Pemahaman dan penerimaan lingkungan
secara objektif dan dinamis
3)
Pengambilan keputusan secara tepat
4)
Pengarahan diri sesuai dengan keputusan
yang telah diambil
5)
Perwujudan diri secara optimal
Selanjutnya
pendapat ahli tentang ciri-ciri kemandirian
tersebut akan diformulasikan untuk pengembangan instrumen sesuai dengan
kebutuhan penelitian.
d.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian pada
remaja menurut Masrun (dalam Rukhil Isnaini, 2004) yaitu:
1) Usia
Pengaruh dari orang lain akan berkurang secara perlahan-lahan pada saat anak menginjak usia lebih tinggi. Pada usia remaja mereka lebih
berorientasi internal, karena percaya bahwa peristiwa-peristiwa dalam hidupnya ditentukan oleh tindakannya sendiri. Anak-anak
akan lebih tergantung pada orang tuanya, tetapi ketergantungan
itu lambat laun akan berkurang
sesuai dengan bertambahnya
usia.
2)
Jenis kelamin
Keinginan untuk berdiri sendiri
dan mewujudkan dirinya sendiri merupakan kecenderungan yang ada pada setiap remaja. Perbedaan sifat- sifat yang dimiliki oleh pria dan wanita disebabkan oleh perbedaan pribadi individu yang diberikan pada anak pria dan wanita. Dan perbedaan jasmani
yang
menyolok antara pria dan wanita
secara psikis
menyebabkan
orang beranggapan
bahwa perbedaan kemandirian antara pria dan wanita.
3)
Konsep diri
Konsep diri yang positif mendukung
adanya perasaan
yang kompeten pada individu untuk menentukan langkah yang diambil. Bagaimana
individu
tersebut memandang dan menilai
keseluruhan dirinya atau menentukan sejauh mana pribadi individualnya. Mereka yang mmandang dan
menilai
dirinya
mampu,
cenderung
memiliki
kemandirian dan sebaliknya
mereka yang memandang dan menilai dirinya sendiri kurang atau cenderung menggantungkan dirinya pada orang lain.
4)
Pendidikan
Semakin bertambahnya pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang, kemungkinan untuk mencoba sesuatu baru semakin besar, sehingga orang akan lebih kreatif dan memiliki kemampuan. Dengan belajar seseorang dapat mewujudkan dirinya sendiri
sehingga
orang memiliki
keinginan
sesuatu secara tepat tanpa tergantung dengan orang lain.
5)
Keluarga
Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam
melatarkan dasar-dasar kepribadian seorang
anak, demikian pula dalam pembentukan
kemandirian pada diri seseorang.
6)
Interaksi sosial
Kemampuan remaja dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial serta
mampu
melakukan
penyesuaian
diri dengan baik
akan mendukung perilaku
remaja yang bertanggung
jawab, mempunyai perasaan aman dan mampu menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi dengan baik tidak mudah menyerah akan mendukung untuk berperilaku mandiri.
Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam mencapai kemandirian seseorang tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang mendasari terbentuknya kemandirian itu sendiri. Faktor-faktor ini mempunyai peranan yang
sangat penting dalam
kehidupan yang
selanjutnya akan menentukan
seberapa
jauh seorang
individu bersikap dan berpikir
cara mandiri dalam menjalani kehidupan lebih lanjut.
e.
Proses Terbentuknya Kemandirian
Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi perkembangan
kepribadian seseorang, baik segi-segi positif
maupun negatif. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam
bidang nilai
dan
kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadiannya, dalam
hal
ini
adalah
kemandiriannya. Lingkungan
sosial yang mempunyai kebiasaan
yang
baik
dalam
melaksanakan tugas-tugas dalam kehidupan mereka, demikian pula keadaan dalam kehidupan
keluarga akan mempengaruhi perkembangan keadaan kemandirian anak. Sikap orang tua
yang tidak
memanjakan
anak
akan menyebabkan
anak berkembang secara wajar dan menggembirakan. Sebaliknya
anak yang dimanjakan akan mengalami kesukaran dalam hal kemandiriannya.
Pola pendidikan yang baik selalu ditegakkan dengan prinsip-prinsip
memberi hadiah dan memberi hukuman yang akan menyebabkan anak-anak dalam keluarga memiliki taraf kesadaran dan pengalaman nilai-nilai
kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang terkesan amburadul, anormatif dan gersang dari
keteladanan yang terpuji, menyebabkan anak-anak didik yang tumbuh
dalam keluarga tersebut akan menunjukkan keadaan kepribadian yang kurang bahkan tidak menggembirakan.
Menurut Antonius (dalam Rukhil Isnaini,
2004) lingkungan sosial ekonomi yang memadai dengan pola pendidikan dan pembiasaan
yang baik akan mendukung perkembangan anak-anak menjadi mandiri, demikian
pula sebaliknya. Keadaan sosial ekonomi yang belum menguntungkan bahkan pas-pasan
jika ditunjang dengan penanaman taraf kesadaran yang baik terutama dalam hal upaya mencari nafkah dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan, akan menyebabkan anak-anak mempunyai nilai kemandirian yang baik. Sebaliknya jika keadaan
sosial
ekonomi masih kurang menggembirakan, sedang kedua orang tua tidak menghiraukan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya, dan taraf keteladanan pun jauh dari taraf keluhuran, maka bukan tidak mungkin anak-anak
berkembang salah dan sangat
merugikan masa depannya
jika
tidak
tertolong dengan pendidikan selanjutnya.
Lingkungan keluarga yang mempunyai nilai-nilai yang baik akan memungkinkan
anak berkemampuan
untuk melakukan pilihan terhadap sesuatu
secara baik. Sebaliknya keluarga yang tidak mempunyai nilai-nilai
baik akan membiarkan anaknya. Orang tua yang baik tentu akan menuntun anak-anaknya agar selalu memperhatikan teman sepergaulannya. Dianjurkan untuk
selalu mencari teman yang baik akhlaknya, bukan sekedar mempunyai teman dalam kehidupan
tanpa memperhatikan taraf kebaikan sikap
dan tingkah lakunya (Hasan Basri dalam Rukhil
Isnaini, 2004). Individu yang memiliki konsep diri
positif akan menilai
dirinya
mampu, cenderung memiliki kemandirian dan sebaliknya individu yang memiliki konsep diri negatif akan menilai dirinya
sendiri kurang atau cenderung menggantungkan dirinya pada orang lain.
Trim's ya
BalasHapuska mau daftar pustakanya dong,
BalasHapusciri-ciri kemandirian menurut prayitno ada di buku apa ya ka?
terimakasih
Liaha daftar pustaka nya
BalasHapus