D E S E N S I T I S A S I
Oleh
Hengki Yandri
PENDAHULUAN
Wolpe (dalam Corey, 2007)
mengungkapkan bahwa teknik desensitisasi sitematis
merupakan salah satu teknik perubahan perilaku yang didasari oleh teori atau
pendekatan behavioral klasikal. Pendekatan behavioral memandang manusia atau
kepribadian manusia pada hakikatnya adalah perilaku yang dibentuk berdasarkan
hasil pengalaman dari interaksi individu dengan lingkungannya. Perhatian
behavioral adalah pada perilaku yang nampak, sehingga terapi tingkah laku
mendasarkan diri pada penerapan teknik dan prosedur yang berakar pada teori
belajar yakni menerapkan prinsip-prinsip belajar secara sistematis dalam proses perubahan perilaku
menuju kearah yang lebih adaptif. Untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar
dan berperilaku serta untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih
dapat disesuaiakan. Salah satu aspek yang paling penting dalam memodifikasi
perilaku adalah penekanannya pada tingkah laku yang didefinisikan secara
operasional, teramati dan terukur.
Menurut sejarah teknik desensitisasi sitematis, Corey (2005)
mengemukakan tentang latar belakang teknik ini melihat bahwa rasa takut dipelajari
lewat pengkondisian, demikian juga sebaliknya rasa takut dapat dihilangkan
lewat pusat pengkondisiannya. Tahun 1920-an Johannes Schulz, psikolog Jerman,
mengembangkan teknik “Autogenic Training” yang mengkombinasikan diagnosis,
relaksasi dan autosugesti untuk konseli yang mengalami kecemasan. Tahun 1935
Guthrie mengemukakan beberapa teknik untuk menghapus kebiasaan maladaptive
termasuk kecemasan; dengan menghadapkan individu yang mengalami phobia pada
stimulus yang tidak dapat menimbulkan kecemasan secara gradual ditingkatkan ke
stimulus yang lebih kuat menimbulkan ketakutan.
Desensitisasi sistematis dikembangkan dalam tradisi
behavioristik pada awal tahun 1950 oleh Joseph Wolpe. Asumsi dasar teknik ini
adalah respon ketakutan merupakan perilaku yang dipelajari dan dapat dicegah
dengan menggantikan aktivitas yang berlawanan dengan respon ketakutan tersebut.
Respon khusus yang dihambat oleh proses perbaikan (treatment) ini
adalah kecemasan-kecemasan atau perasaan takut yang kurang beralasan; dan
respon yang sering dijadikan pengganti atas kecemasan tersebut adalah relaksasi
atau penenangan. Ketidakpekaan dapat dibentuk dengan menunjukkan setiap
individu, hal-hal kecil dan bertahap atas situasi ketakutan, saat orang
tersebut menunjukkan aktivitasnya yang berlawanan dengan kekhawatirannya.
Prinsip dasar Desensitisasi adalah
memasukkan suatu respon yang bertentangan dengan kecemasan yaitu relaksasi.
A. Pengertian Desensitisasi
Desentisasi
yaitu suatu cara untuk mengurangi rasa takut atau cemas seorang anak dengan
jalan memberikan rangsangan yang membuatnya takut atau cemas sedikit demi
sedikit rangsangan tersebut diberikan terus, sampai anak tidak takut atau cemas
lagi (Dalimunthe, 2009).
Prosedur
treatment ini dilandasi oleh prinsip belajar counterconditioning, yaitu respon
yang tidak diinginkan digantikan dengan tingkah laku yang diinginkan sebagai
hasil latihan yang berulang-ulang. Teknis desentisisasi ini sangat efektif
untuk menghilangkan rasa takut atau fobia.
Prinsip
macam terapi ini adalah memasukan suatu respon yang bertentangan dengan
kecemasan yaitu relaksasi. Pertama-tama subyek dilatih untuk relaksasi dalam,
salah satu caranya misalnya secara progresif merelaksasi berbagai otot, mulai dari
otot kaki, pergelangan kaki, kemudian keseluruhan tubuh, leher dan wajah.
Pada
tahap selanjutnya ahli terapi membentuk hirarki situasi yang menimbulkan
kecemasan pada subyek dari situasi yang menghasilkan kecemasan paling kecil
sampai situasi yang paling menakutkan. Setelah itu subyek diminta relaks sambil
mengalami atau membayangkan tiap situasi dalam hirarki yang dimulai dari
situasi yang paling kecil menimbulkan kecemasan (Purnama, 2008)
Desentisisasi
adalah salah satu tehnik yang paling luas di gunakan dalam terapi tingkah laku.
Desentisisasi sistematik di gunakan untuk menghapus tingkah laku yng di perkuat
secara negatif, dan ia menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon yang
berlawanan dengan tingkah laku yang hendak di hapuskan itu. Dengan pengkondisian
klasik, respon- respon yang tidak di kehendaki dapat di hilangkan secara
bertahap (Marfiati, 2009).
B.
Prosedur
Latihan Desensitisasi
Teknik desensitisasi dipergunakan terutama untuk
mengatasi rasa takut terhadap sesuatu, terutama yang mengalami phobia (takut
yang berlebihan atau tidak wajar). Teknik ini mengandung unsur-unsur untuk
mengajar bagaimana seseorang yang dihinggapi rasa takut terhadap sesuatu, yang
sebetulnya tidak perlu ditakuti, untuk dapat lebih berani menghadapi hal yang
ditakuti tadi. Teknik ini juga merupakan sesuatu counter conditioning (melawan kondisi) untuk melawan rasa
takut terhadap sesuatu.
Berikut ini merupakan contoh klien yang Takut
dengan Api. Berikuti adalah daftar
ketakutan klien terhadap Api:
1.
Takut
gambar api
2.
Takut
melihat api
3.
Takut
mendengar api
4.
Takut
memegang korek api
5.
Takut
menghidupkan lilin
6.
Takut
memasak dengan api
7.
Takut
api rokok
8.
Takut
kebakaran
C.
Langkah-langkah Rileksasi
1. Tarik nafas dalam-dalam dan tahan
selama 10 detik kemudian lepaskan. Biarkan lengan Anda dalam posisi di atas
paha atas lepas begitu saja.
2. Angkat tangan Anda kira-kira separuh
sofa (atau pada sandaran kursi) kemudian bernafaslah secara normal. Letakkan
tangan Anda di atas sofa (kursi).
3. Sekarang pegang lengan Anda lalu kepalkan
dengan kuat. Rasakan ketegangannya dalam hitungan sampai tiga dan pada hitungan
yang ketiga letakkan tangan Anda. Satu…Dua…Tiga. Angkat tangan Anda, kembali
4. Angkat tangan Anda kembli, tekuk jemari
Anda ke belakang ke arah lain ( ke arah tubuh Anda ). Sekarang letakkan tangan
Anda dan tenanglah.
5. Angkat tangan Anda sekarang, letakkan
kemudian rileks.
6. Angkat tangan Anda sekali lagi, tapi
saat ini tepukkan tangan Anda dan rileks.
7. Angkat tangan Anda. Rileks !
8. Naikan tangan Anda di atas sofa dan
tegangkan otot bisep anda sampai bergetar. Bernafaslah normal, lepaskan tangan
anda dan rileks ( perhatikan perasaan tenang dan rileks yang Anda rasakan).
9. Sekarang rentangkan lengan anda dan
tegangkan otot bisep anda. Yakinlah bahwa Anda bernafas normal setelah itu
rileks.
10. Lengkungkan pundak anda ke belakang,
tahan dan yakinkan lengan anda rileks.
11. Bungkukkan pundak anda ke depan, tahan
dan yakinkan lengan anda rileks.
12. Putar kepala Anda ke kanan, tegangkan
leher anda lalu rileks dan kembali ke posisi pertama.
13. Putar kepala Anda ke kiri, tegangkan
leher anda lalu rileks dan kembali ke posisi pertama.
14. Bengkokkan kepala sedikit ke belakang,
tahan lalu kebali ke posisi semula.*
15. Tunduk kepala ke bawah sampai hampir
menyentuh dagu menyentuh dada, tahan kemudian rileks dan kembali ke posisi
semula.*
16. Buka mulut anda lebar-lebar kemudian
rileks.
17. Tegangkan bibirmu dengan cara menutup
mulut anda kemudian rileks
18. Letakkan lidah anda pada langit-langit
mulut, tekan dengan keras biarkan lidah anda kembali ke posisi semula dan
rasakan perasaan tenang.
19. Letakan
lidah anda di bagian dasar mulut, tekan ke bawah biarkan lidah anda kembali ke
posisi semula dan rasakan perasaan tenang.
20. Duduklah di sebelah sana kemudian
rileks dan jangan memikirkan apapun.
21. Untuk mengontrol luapan emosi, Anda
dapat bernyayi dengan nada tinggi, tidak terlalu keras! baiklah sekarang mulai
bernyayi, tahan pada nada tinggi tersebut kemudian rilek.
22. Menyanyilah dengan nada sedang dan
buatlah pita suara anda tegang kembali lulu biarkan rileks.
23. Menyanyilah dengan nada rendah dan
buatlah pita suara anda tegang kembali kemudian rileks.
24. Sekarang pejamkan mata anda erat-erat
lalu bernafaslah normal kemudian rileks. (perhatikan bagaimana perasaan sakit
anda hilang ketika Anda rileks).
25. Biarkan mata anda rileks dan biarkan
mulut anda sedikit terbuka.
26. Buka mata anda lebar-lebar, tahan
kemudian rilleks.
27. Kerutkan dahi anda sebisa mungkin,
tahan kemudian rileks.
28. Tarik
nafas dalam-dalam, tahan, hembuskan keluar kemudian rileks (perhatikan perasaan
lapang saat kamu menghembuskan nafasmu).
29. Bayangkan bahwa ada sebuah beban berat
menarik seluruh otot anda sehingga membuatnya lembek setelah itu rileks.
30. Tarik otot-otot perut bersamaan lalu
rileks.
31. Tegangkan otot-otot anda seolah-olah
Anda pegulat profesional. Buatlah otot perut anda mengeras kemudian rileks.
32. Keraskan otot pantat anda, tahan
kemudian rileks.
33. Sekarang kita beralih ke bagian atas
dari tubuh anda yang tegang kemudian rileks. Pertama otot-otot muka ( Jeda…3-5
detik ). Otot-otot tenggorokan. ( Jeda …. 3-5 detik) daerah leher. (Jeda ….3-5
detik) bagian pundak. (Jeda..) Lengan dan jari.
34. Pertahankan keadaan rileks ini, angkat
kedua kaki anda (kira-kira membentuk sudut 45) kemudian rileks.
35. Tekuk kaki bagian belakang sehingga
ujung jari kaki mengarah ke muka anda. Rileks
36. Tekuk kaki anda ke arah lain dari tubuh
anda tidak terlalu jauh rasakan ketegangannya, kemudian rileks.
37. Rileks! (Jeda). Sekarang lengkungkan
jari kakimu bersamaan sekuat mungkin, kemudian rileks. (Tenanglah sekitar30
detik).
38. Prosedur relaksasi formal ini telah
lengkap. Sekarang perhatikan tubuh anda dari ujung kaki sampai kepala bahwa
setiap otot dalam keadaan rileks. (Sebutlah satu persatu!). Pertama jari-jari
kaki,… kaki,… Pantat,…. Perut,… Pundak,… Leher,… Mata,… dan terakhir dahi.
Semua harus dalam kadaan rileks. (tenang selama 10 detik). Berbaringlah di
tempat lain dan rasakan perasaan tenang, perhatikan kehangatan dari relaksasi
tersebut. Pertahankan keadaan tersebut satu menit lagi, kemudian hitung sampai
lima. Ketika sampai lima, bukalah mata dan rasakaan perasaan segar dan tenang.
(tenang sekitar satu menit). Ulangi prosedur ini beberapa kali sampai akhirnya
Anda benar-benar merasakan perasaan yang sangat tenang.
D.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Desensitisasi
1. Menjelaskan
apa dan mengapa teknik desensitisasi diberikan pada klien, dengan maksud agar
klien yakin teknik ini dapat membantu menghilangkan ketakutannya.
2. Melakukan
latihan penenangan agar klien benar-benar dalam kondisi rileks.
3. Konselor
menganalisis kejadian-kejadian yang bersangkut paut dengan keadaan yang
menjadikan klien terlalu sensitif terhadap sesuatu, kemudian konselor melakukan
hal-hal sebagai berikut:
a. Konselor
membantu menulis beberapa macam kalimat berkenaan dengan rasa takut klien pada
sesuatu dalam dalam bentuk daftar.
b. Menyusun dan
melengkapi daftar tersebut bersama klien.
c. Membantu
klien mengurut jenjangkan daftar tersebut dari yang paling kurang ditakuti
sampai kepada yang sangat ditakuti.
4. Menyelenggarakan
desensitisasi dengan cara sebagai berikut:
a.
Klien disuruh
duduk dengan rileks.
b.
Klien diminta
memejamkan mata.
c.
Klien
mengikuti instruksi-instruksi konselor.
5. Melakukan
evaluasi, untuk mengetahui apakah klien benar-benar sudah dapat mengikuti latihan
untuk urut jenjang berikutnya
6. Tindak
lanjut:
Tindak lanjut dapat dilakukan dengan mengulangi kembali urut jenjang sama
bila klien masih takut atau dapat melanjutkan ke urut jenjang berikutnya.
Daftar Rujukan:
Corey, Gerald. 2005. Theory and Practice of Counseling & Psychotherapy.7th ed.
Belmont : Thomson Brooks/Cole.
Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Dalimunthe. 2009.
Dasar-dasar Pedodonsia. Medan: Taqwa
Purnama. 2008.
“Terapi Behavioral”. (Online),
(http://indoskripsi.com/, diakses 7
Juli 2012)
Marfiati, Sri. 2009. “Tehnik konseling behavior”, (Online), (http://smasooko.blogspot.com,
diakses 7 Juli 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan bergabung ke MEMBERS CCI untuk dapat meninggalkan komentar sahabat.Terima Kasih!