“SMP” (Seputar
Masalah Pelajar)
Oleh: Hengki Yandri
Sumber Gambar: http://www.nyunyu.com |
Richar adalah seorang pelajar yang termasuk pada kategori
anak orang kaya dan sekolah di sebuah SMA ternama di kota Padang yang duduk di
bangku kelas XII. Semua kebutuhan yang diinginkannya selalu dituruti dan
dipenuhi oleh orangtuanya karena Richar anak satu-satunya di keluarga dan hal
ini membuat orangtuanya memanjakannya. Sepulang sekolah Ricahar langsung bermain
Lay station, terkadang pergi rental band bersama
teman-temannya, karaoke, balap mobil dan banyak lagi kegiatannya yang mengarah
kepada kesenangan sesaat. Setiap tugas sekolah selalu di kerjakan oleh temannya
dan saat ujian Richar pun suka menyontek.
Dari penggalan cerita di atas,
apa yang bisa kita simpulkan tentang Richar? Banyak hal bisa kita simpulkan
dari cerita Richar, salah satunya yaitu Richar menyia-nyiakan waktu belajarnya,
suka menyontek, suka hura-hura, dan sebagainya, bahkan bisa dikatakan bahwa
Richar tidak tahu apa efek jangka panjangnya terhadap kebiasaannya seperti itu. Jika kita analisis kebiasaan
Richar, akankah ia akan sukses di masa depan? Mungkin kita sepakat jawabnya
tidak, karena tidak akan mungkin kita bisa sukses jika kita hanya hura-hura menghabiskan
uang orang tua kita dan tidak pernah
berusaha untuk menggapai kesuksesan. Untuk itu, mari kita bahas materi tentang
“SMP” (Seputar Masalah Pelajar)”
Menjalani kehidupan menjadi seorang
pelajaran merupakan pengalaman paling berharga dalam hidup ini, karena tidak
semua orang bisa menuntut ilmu di bangku sekolah, sehingga kita perlu bersyukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita kesempatan untuk tidak
menjadi orang-orang yang jahiliah tanpa ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Mustika dan Firdaus (2006) bahwa pelajar adalah harta kekayaan yang
paling berharga di dunia. Mereka adalah pejuang, pembaharu bahkan pemimpin
dunia. Jika para pelajar rusak maka dunia akan rusak. Jika para pelajar baik,
maka dunia pun akan berseri menghadapi masa depan yang tentram, aman, dan penuh
kedamaian.
Banyak pelajar ingin sukses
dalam kehidupannya, namun keinginannya tidak sesuai dengan usahanya. Jika
ditanya tiap pelajar tentang apakah mereka mau sukses di masa depan? Jawabannya
bisa dipastikan “ya”, namun apabila di tanya tentang hal apa saja yang telah
dilakukannya untuk mencapai kesuksesannya itu? Kebanyakan pelajar menjawab
“belajar dengan rajin”. Hal ini jelas tidak benar, untuk sukses tidak bisa
hanya mengandalkan belajar saja, namun butuh banyak skill penunjang seperti
disiplin, jujur, proaktif, bertanggungjawab, tekun, menghargai waktu, dan masih
banyak lagi yang lainnya
Pertanyaan berikutnya yaitu
apa saja masalah yang sering dialami pelajar untuk mencapai kesuksesannya? Prayitno,
dkk, 2002; Mustika, dan Firdaus, 2006 menyebutkan sejumlah masalah yang sering dialami oleh pelajar yaitu
sebagai berikut.
1.
Kesulitan mempersipkan kondisi
fisik dan psikis
2.
Tidak mempersiapkan bahan dan
materi pelajaran untuk esok hari
3.
Suka membolos sekolah
4.
Sukar atau tidak mau bertanya
saat belajar
5.
Tidak mengemukakan pendapat di
kelas
6.
Mudah terpengaruh dengan
lingkungan sekitar
7.
Banyak mata pelajaran yang
tidak disukai
8.
Suka menyia-nyiakan waktu
9.
Suka menyia-nyiakan pelajaran
10. Suka mencontek tugas teman.
Pendapat pakar tersebut hanya
sebagian kecil masalah pelajar yang terungkap, sebenarnya masih banyak lagi
masalah lainnya yang belum terungkap. Untuk itu, mari kita lihat kira-kira
mengapa pelajar bisa terjangkit masalah tersebut!
1.
Tidak memiliki sasaran hidup
yang jelas. Sasaran ini bisa berbentuk: apa yang ingin kita bentuk, apa yang
ingin kita raih, apa yang ingin kita miliki dengan kata lain kita harus
mempunyai impian. Impian ini bisa sifatnya jangka pendek, menengah dan panjang.
Jadi, mulai dari sekarang beranilah untuk bermimpi
mumpung gratis.
2.
Filsafat hidup yang negatif. Hal
ini bisa di contohkan seperti: “ngapaen belajar rajin-rajin, toh banyak sarjana
pengangguran sekarang”, “ngapaen belajar giat, yang rangking satu kan sudah
jelas siapa orangnya”, “untuk apa belajar, guru saja tidak ada yang
mengaplikasikannya”, dan masih banyak lagi yang lain. Filsafat seperti ini harus
di hapus, karena tujuan belajar bukan hanyalah semata untuk menuntut ilmu karena Allah SWT.
3.
Terlalu banyak dan terlalu
lama membiarkan pikiran atau perasaan negatif, misalnya: “saya orang bodoh”,
“saya tidak akan mampu seperti dia”, “saya orang yang pemalas”, saya orang yang
payah”, dan lain sebagainya. Jika pikiran ini ada pada kita, mari kita rubah
menjadi pikiran yang positif terhadap diri sendiri karena kita adalah
orang-orang pilihan dari Allah SWT.
4.
Tidak mau memilih yang
positif. Gagal usaha, gagal,
belajar, gagal berkarir, dan lain-lain,
memang itu semua bisa memicu kemalasan. Tetapi, seperti yang sudah kita
singgung, kemalasan di situ sifatnya hanya
sementara. Banyak hal yang kerap membuatnya abadi adalah penolakan untuk segera
bangkit. Jika kita menolak membangkitkan diri, semua kemalasan sifatnya akan abadi.
5.
Kurang belajar menggunakan
ledakan emosi. Seperti marah, tidak puas, malu, takut, ingin dipuji, dan
seterusnya itu adalah termasuk bentuk ledakan emosi. Ini bisa kita gunakan
untuk mengusir kemalasan dan bisa pula, kita gunakan untuk menambah kemalasan.
Takut akan dimarahi oleh orang tua kalau nilai kita jeblok dapat kita gunakan
untuk memacu diri dalam belajar lebih giat lagi. (Tim Paramitra, 2011)
Jadi kita sebagai pelajar, bagaimana
cara kita menghadapi permasalahan yang sering menjangkit pelajar? Berikut cara
yang bisa dilakukan untuk bisa sembuh dari
penyakit yang sering menimpa para pelajar. Berikut ini adalah 7 (tujuh) langkah
yang dapat kita lakukan dan kembangkan sendiri yang diadaptasi dari buku Seven Habits of Highly effective People
karangan Steven Covey (2004),
1.
Proaktif. Ibarat main bola
kaki, jangan mau menunggu bola tapi jemput bola dan bawa ke gawang lawan sampai
gol. Begitupun hidup, jangan hanya menunggu kesuksesan datang tapai jemput
kesuksesan. Kita harus cepat tanggap, tidak di tunggu di perintah baru
bertindak. Namun lakukan sebaliknya, lakukan sesuatu sebelum diperintah.
2.
Miliki tujuan yang jelas. Jika
kita ditanya oleh orang lain “Anda mau ke mana?” lalu kita jawab “ke pasar”, kemudian orang tersebut bertanya lagi “mau ngapain?”
kemudian kita jawab lagi “ tidak tahu”. Maka, kita sama halnya seperti buih di
lautan mudah terombang amabing, karena tidak memiliki tujuan yang jelas. Kita hanya akan melihat diri
kita dalam kebingungan menjalani hidup. Untuk itu, mulai dari sekarang,
tentukan secara jelas apa tujuan kita, baik itu jangka pendek, menengah maupun
jangka panjang.
3.
Tentukan skala prioritas.
Kerjakan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Maksudnya, kita
harus mampu meimilah dan memilih mana kebutuhan dan mana keinginan, karena ini
merupakan dua hal yang berbeda. Buat skala prioritas kita, jangan sampai semua
pekerjaan kita terbangkalai dan tidak selesai.
4.
Berpikir “win-win”. Dalam pepatah minang kabau berbunyi “lamak di awak, katuju dek urang”. Maksudnya, setiap kita melakukan
sesuatu hendaknya memikirkan orang lain juga, jangan hanya memikirkan perasaan
dan keinginan kita saja. Jika hal ini kita aplikasikan, maka dunia akan terasa
aman dan damai.
5.
Pahami orang lain, maka orang
lain akan memahami kita. Jika kita ingin membicarakan masalah akademis dengan
guru kita, misalnya ingin mempertanyakan nilai mata pelajaran matematika atau
meminta dispensasi tambahan waktu pengumpulan tugas, disaat kita melihat guru
tersebut, ternyata beliau sedang sibuk, coba tempatkan diri kita di posisi guru
tersebut. Nah, sekarang coba tanyakan pada diri sendiri, kira-kira apa argumen
yang akan keluar dari kita jika kita sedang ada pekerjaan dan siswa ada yang
mau konsultasi.
6.
Cari solusi yang lebih baik.
Jika kita tidak mengerti bahan yang diajarkan guru pada hari ini, jangan hanya
membaca ulang bahan tersebut. Coba cara lainnya. Misalnya, diskusikan bahan
tersebut dengan guru, teman, kelompok
belajar atau dengan pembimbing akademis. Mereka akan membantu kita untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
7.
Tantang diri sendiri. Dengan
cara ini, belajar akan terasa mengasyikkan, dan mungkin kita mendapatkan
ide-ide yang cemerlang.
Jadi, untuk dapat melaksanakan
itu semua dibutuhkan kemauan dari kita sendiri untuk berubah atau memperbaiki diri kearah yang
lebih baik lagi dalam mencapai aktualisasi diri.
Referensi
Covey, Steven. 2004. Seven Habits of Highly effective People. USA:
Library of Congress
Mustika, M. Shodiq dan
Firdaus, Firda. Be a Student Idol. Depok:
QultumMedia.
Prayitno, dkk. 2002. Seri Latihan Keterampilan Belajar. Jakarta:
Depdiknas.
Tim Paramitra. 2011. Kumpulan Lengkap Materi Bimbingan dan
Konseling. Yogyakarta: Paramitra Publishing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan bergabung ke MEMBERS CCI untuk dapat meninggalkan komentar sahabat.Terima Kasih!