Home

Rabu, 17 Oktober 2012

BIMBINGAN KELOMPOK


LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK


Layanan Bimbingan Kelompok yang selanjutnya disingkat BKp merupakan salah satu layanan yang primadona dari sepulah layanan yang ada di Bimbingan dan Konseling. Jika layanan ini dimanfaatkan dengan baik dan menarik oleh seorang Konselor/ guru BK, besar kemungkinan banyak siswa yang antusias mengikuti kegiatan layanan ini.
Menurut Sukardi (2003) layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Selanjutnya Prayitno (1996), yang dimaksud dengan layanan bimbingan kelompok adalah  suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan
dinamika kelompok.  Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya. Kemudian Juntika (2006) mengemukakan bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.
Dari beberapa pengertian bimbingan kelompok di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna memperoleh informasi dan pemahaman baru terkait topik yang bahasan agar membantu individu mencapai perkembangan yang optimal.
Menurut amti (2004) secara umum bimbingan kelompok betujuan untuk membantu para siswa yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok.  Selain itu juga mengembangkan pribadi  masing-masing anggota kelompok melalui berbagai suasana  yang muncul dalam kegiatan itu, baik suasana yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Kemudian Prayitno (1995), menyatakan tujuan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut :
1.        Mampu berbicara di depan orang banyak
2.     Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan dan lain sebagainya kepada orang banyak
3.        Belajar menghargai pendapat orang lain
4.        Bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya
5.        Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan yang bersifat negatif)
6.        Dapat bertenggang rasa
7.        Menjadi akrab satu sama lainnya
8.  Membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi kepentingan bersama.
Menurut Dewa Ketut Sukardi (2000) layanan bimbingan kelompok itu mempunyai tiga fungsi (1) fungsi informatif, (2) fungsi pengembangan. Kedua fungsi ini contohnya, bimbingan kelompok yang dilaksanakan melalui kegiatan home room, sedangkan (3) fungsi preventif dan kreatif, digunakan untuk keperluan terapi masalah-masalah psikologi seperti psikodarama, atau sosiodrama untuk keperluan terapi masalah atau konflik sosial.
Dinamika kelompok yang tercipta dalam proses bimbingan kelompok menggambarkan hidupnya suatu kegiatan kelompok.  Hangatnya suasana atau kakunya  komunikasi yang terjadi juga tergantung pada peranan pemimpin kelompok. Oleh karena itu pemimpin kelompok memiliki peran penting  dalam rangka membawa para anggotanya menuju suasana yang mendukung tercapainya tujuan bimbingan kelompok. Sebagaimana yang dikemukakan Prayitno (1995) bahwa peranan pemimpin kelompok ialah:
1.  Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan ataupun campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok.  Campur tang ini meliputi, baik hal-hal yang bersifat isi dari yang dibicarakanmaupun yang mengenai proses kegiatan itu sendiri.
2.     Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana yang berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok.  Pemimpin kelompok dapat menanyakan  suasanan perasaan yang dialami itu.
3.     Jika kelompok itu tampaknya kurang menjurus kearah yang dimaksudkan maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah yang dimaksudkan itu.
4.      Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadidalam kelompok, baik yang bersifat  isi maupun proses kegiatan kelompok.
5.        Lebih jauh lagi, pemimpin kelompok juga diharapkan mampu mengatur “lalu lintas” kegiatan kelompok, pemegang aturan permainan (menjadi wasit), pendamai dan pendorong kerja sama serta suasana kebersamaan.  Disamping itu pemimpin kelompok, diharapkan bertindak sebagai penjaga agar apapun yang terjadi di dalam kelompok itu tidak merusak ataupun menyakiti satu orang atau lebih anggota kelompok sehingga ia mereka itu menderita karenanya.
6.        Sifat kerahasiaan dari kegiatan kelompok itu dengan segenap isi dan  kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya, juga menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok.
Bimbingan kelompok berlangsung melalui empat tahap. Menurut (Prayitno, 1995) tahap-tahap bimbingan kelompok adalah sebagai berikut:
1.        Tahap Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkakan diri kedalam kehidupan suatu kelompok.  Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan masing-masing  anggota.  Pemimpin kelompok menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok. Selanjutnya pemimpin kelompok mengadakan permainan untuk mengakrabkan masing-masing anggota sehinggamenunjukkan sikap hangat, tulus dan penuh empati.
2.        Tahap Peralihan
Sebelum melangkah lebih lanjut ke tahap kegiatan kelompok yang sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan lebih lanjut dalam kegiatan kelompok. Pemimpin kelompok menjelaskan peranan anggota kelompok dalam kegiatan, kemudian menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya. Dalam tahap ini pemimpin kelompok mampu menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka. Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga.  Dalam hal ini pemimpin kelompok membawa para anggota meniti jembatan  tersebut dengan selamat.  Bila perlu, beberapa hal pokok yang telah diuraikan pada tahap pertama seperti tujuan dan asas-asas kegiatan kelompok ditegaskan dan dimantapkan kembali, sehingga anggota kelompok telah siap melaksankan tahap bimbingan kelompok selanjutnya.
3.        Tahap kegiatan 
Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok.  Namun, kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini amat tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya.  Jika dua tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap ketiga itu akan berhasil dengan lancar.  Pemimpin kelompok dapat lebih santai dan membiarkan para  anggota sendiri yang melakukan kegiatan tanpa banyak campur tangan dari pemimpin kelompok.  Di sini prinsip tut wuri handayani dapat diterapkan. Tahap kegiatan ini merupakan tahap inti dimana masing-masing anggota kelompok saling  berinteraksi memberikan tanggapan dan lain sebagainya yang menunjukkan hidupnya kegiatan bimbingan kelompok  yang pada akhirnya membawa kearah bimbingan kelompok sesuai  tujuan yang diharapkan.
4.        Tahap Pengakhiran
Pada tahap ini merupakan tahap berhentinya kegiatan. Dalam pengakhiran ini terdapat kesepakatan kelompok apakah kelompok akan melanjutkan kegiatan dan bertemu kembali serta berapa kali kelompok itu bertemu. Dengan kata lain kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan melakukan kegiatan. Dapat disebutkan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah:
a.    Penyampaian pengakhiran kegiatan oleh pemimpin kelompok
b.   Pengungkapan kesan-kesan dari anggota kelompok
c.    Penyampaian tanggapan-tanggapan dari masing-masing anggota kelompok
d.   Pembahasan kegiatan lanjutan
e.    Penutup
Setiap pertemuan, pada akhir kegiatan pemimpin kelompok meminta anggota kelompok untuk  mengungkapkan perasaannya, pendapatnya, minat, dan sikapnya tentang sesuatu yang telah dilakukan selama kegiatan kelompok (yang menyangkut isi maupun proses). Selain itu anggota kelompok juga diminta mengemukakan tentang hal-hal yang paling berharga dan sesuatu yang kurang  di senangi selama kegiatan berlangsung. Penilaian atau evaluasi kegiatan layanan bimbingan kelompok diorientasikan kepada perkembangan pribadi siswa dan hal-hal yang dirasakan oleh anggota berguna. Penilaian kegiatan bimbingan kelompok dapat dilakukan secara tertulis, baik melalui essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana (Prayitno, 1995)
Menurut Prayitno (1995) penilaian terhadap layanan tersebut lebih bersifat penilaian “dalam proses” yang dapat dilakukan melalui :
1.        Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung
2.        Mengungkapkan pemahaman peserta  atas materi yang dibahas
3.        Mengungkapkan kegunaan layanan bagi mereka dan perolehan mereka sebagai hasil dari keikutsertaan mereka.
4.        Mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang kemungkinan kegiatan lanjutan
5.        Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan layanan.
Berikut ini beberapa pertimbangan dalam membentuk suatu kelompok pada layanan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995):
1.    Jenis kelompok, untuk tujuan-tujuan tertentu mungkin diperlukan pembentukan kelompok dengan jumlah anggota yang seimbang antara laki-laki dan perempuan, atau mungkin juga semua jenis kelamin anggota sama.
2.   Umur, pada umumnya dinamika kelompok lebih baik dikembangkan dalam kelompok-kelompok dengan anggota seumur.
3.     Kepribadian, keragaman atau keseragaman dalam kepribadian anggota dapat membawa keuntungan atau kerugian tertentu. Jika perbedaan diantara para anggota itu amat besar, maka komunikasi akan terganggu dan dinamika kelompok juga kurang hangat.
4.     Hubungan awal, keakraban dapat mewarnai hubungan dalam anggota kelompok yang sudah saling bergaul sebelumnya, dan sebaliknya suasana keasingan akan dilaksanakan oleh para anggota yang belum saling kenal.  Untuk kelompok tugas mungkin anggota yang seragam akan menyelesaikan tugas lebih baik.  Sebaliknya, bagi kelompok bebas, khususnya dengan Tujuan kemampuan hubungan sosial dengan orang-orang baru, anggota kelompok yang beragam akan lebih tepat sasaran.

3 komentar:

  1. assalamu'alaikum... terimakasih atas tulisannya Q, jadi ingat masa-masa perjuangan S1 BK FIP UNP..

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'ailumsalam wr wb sob... ya fit, kapan ya bisa ngumpul lagi ma tmen2... sukses ya!

      Hapus
  2. Anonim16.2.14

    Thank's Infonya Bray .. !!!

    www.bisnistiket.co.id

    BalasHapus

Silahkan bergabung ke MEMBERS CCI untuk dapat meninggalkan komentar sahabat.Terima Kasih!