LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
Layanan
Bimbingan Kelompok yang selanjutnya disingkat BKp merupakan salah satu layanan
yang primadona dari sepulah layanan yang ada di Bimbingan dan Konseling. Jika layanan
ini dimanfaatkan dengan baik dan menarik oleh seorang Konselor/ guru BK, besar
kemungkinan banyak siswa yang antusias mengikuti kegiatan layanan ini.
Menurut Sukardi (2003) layanan
bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama
memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (guru pembimbing) yang bermanfaat
untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar,
anggota keluarga dan masyarakat. Selanjutnya Prayitno
(1996), yang dimaksud dengan layanan bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok
orang dengan memanfaatkan
dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya. Kemudian Juntika (2006) mengemukakan bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.
dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya. Kemudian Juntika (2006) mengemukakan bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.
Dari beberapa pengertian
bimbingan kelompok di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan
dinamika kelompok guna memperoleh informasi dan pemahaman
baru terkait topik yang bahasan agar membantu individu mencapai
perkembangan yang optimal.
Menurut amti (2004) secara
umum bimbingan kelompok betujuan untuk membantu para siswa yang mengalami
masalah melalui prosedur kelompok.
Selain itu juga mengembangkan pribadi
masing-masing anggota kelompok melalui berbagai suasana yang muncul dalam kegiatan itu, baik suasana
yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Kemudian Prayitno
(1995), menyatakan tujuan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut :
1.
Mampu berbicara di depan orang banyak
2. Mampu mengeluarkan pendapat, ide,
saran, tanggapan, perasaan dan lain sebagainya kepada orang banyak
3.
Belajar menghargai pendapat orang lain
4.
Bertanggung jawab atas pendapat yang
dikemukakannya
5.
Mampu mengendalikan diri dan menahan
emosi (gejolak kejiwaan yang bersifat negatif)
6.
Dapat bertenggang rasa
7.
Menjadi akrab satu sama lainnya
8. Membahas masalah atau topik-topik umum
yang dirasakan atau menjadi kepentingan bersama.
Menurut
Dewa Ketut Sukardi (2000) layanan bimbingan kelompok itu mempunyai tiga fungsi
(1) fungsi informatif, (2) fungsi pengembangan. Kedua fungsi ini contohnya,
bimbingan kelompok yang dilaksanakan melalui kegiatan home room, sedangkan (3) fungsi preventif
dan kreatif, digunakan untuk keperluan terapi masalah-masalah psikologi seperti
psikodarama, atau sosiodrama untuk keperluan terapi masalah atau konflik
sosial.
Dinamika kelompok yang
tercipta dalam proses bimbingan kelompok menggambarkan hidupnya suatu kegiatan
kelompok. Hangatnya suasana atau
kakunya komunikasi yang terjadi juga
tergantung pada peranan pemimpin kelompok. Oleh karena itu pemimpin kelompok
memiliki peran penting dalam rangka
membawa para anggotanya menuju suasana yang mendukung tercapainya tujuan
bimbingan kelompok. Sebagaimana yang dikemukakan Prayitno (1995) bahwa peranan
pemimpin kelompok ialah:
1. Pemimpin
kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan ataupun campur tangan langsung
terhadap kegiatan kelompok. Campur tang
ini meliputi, baik hal-hal yang bersifat isi dari yang dibicarakanmaupun yang
mengenai proses kegiatan itu sendiri.
2. Pemimpin
kelompok memusatkan perhatian pada suasana yang berkembang dalam kelompok itu,
baik perasaan anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok. Pemimpin kelompok dapat menanyakan suasanan perasaan yang dialami itu.
3. Jika kelompok
itu tampaknya kurang menjurus kearah yang dimaksudkan maka pemimpin kelompok
perlu memberikan arah yang dimaksudkan itu.
4. Pemimpin
kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal
yang terjadidalam kelompok, baik yang bersifat
isi maupun proses kegiatan kelompok.
5.
Lebih jauh
lagi, pemimpin kelompok juga diharapkan mampu mengatur “lalu lintas” kegiatan
kelompok, pemegang aturan permainan (menjadi wasit), pendamai dan pendorong
kerja sama serta suasana kebersamaan.
Disamping itu pemimpin kelompok, diharapkan bertindak sebagai penjaga
agar apapun yang terjadi di dalam kelompok itu tidak merusak ataupun menyakiti
satu orang atau lebih anggota kelompok sehingga ia mereka itu menderita
karenanya.
6.
Sifat
kerahasiaan dari kegiatan kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya,
juga menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok.
Bimbingan kelompok
berlangsung melalui empat tahap. Menurut (Prayitno, 1995) tahap-tahap bimbingan
kelompok adalah sebagai berikut:
1.
Tahap
Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan
diri atau tahap memasukkakan diri kedalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota
saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan
masing-masing anggota. Pemimpin kelompok menjelaskan cara-cara dan
asas-asas kegiatan bimbingan kelompok. Selanjutnya pemimpin kelompok mengadakan
permainan untuk mengakrabkan masing-masing anggota sehinggamenunjukkan sikap
hangat, tulus dan penuh empati.
2.
Tahap Peralihan
Sebelum melangkah lebih lanjut ke tahap kegiatan kelompok
yang sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh
anggota kelompok pada tahap kegiatan lebih lanjut dalam kegiatan kelompok. Pemimpin
kelompok menjelaskan peranan anggota kelompok dalam kegiatan, kemudian
menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan
pada tahap selanjutnya. Dalam tahap ini pemimpin kelompok mampu menerima
suasana yang ada secara sabar dan terbuka. Tahap kedua merupakan “jembatan”
antara tahap pertama dan ketiga. Dalam
hal ini pemimpin kelompok membawa para anggota meniti jembatan tersebut dengan selamat. Bila perlu, beberapa hal pokok yang telah
diuraikan pada tahap pertama seperti tujuan dan asas-asas kegiatan kelompok
ditegaskan dan dimantapkan kembali, sehingga anggota kelompok telah siap
melaksankan tahap bimbingan kelompok selanjutnya.
3.
Tahap
kegiatan
Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari
kelompok. Namun, kelangsungan kegiatan
kelompok pada tahap ini amat tergantung pada hasil dari dua tahap
sebelumnya. Jika dua tahap sebelumnya
berhasil dengan baik, maka tahap ketiga itu akan berhasil dengan lancar. Pemimpin kelompok dapat lebih santai dan
membiarkan para anggota sendiri yang
melakukan kegiatan tanpa banyak campur tangan dari pemimpin kelompok. Di sini prinsip tut wuri handayani dapat diterapkan. Tahap kegiatan ini merupakan
tahap inti dimana masing-masing anggota kelompok saling berinteraksi memberikan tanggapan dan lain
sebagainya yang menunjukkan hidupnya kegiatan bimbingan kelompok yang pada akhirnya membawa kearah bimbingan
kelompok sesuai tujuan yang diharapkan.
4.
Tahap Pengakhiran
Pada tahap ini merupakan tahap berhentinya kegiatan. Dalam
pengakhiran ini terdapat kesepakatan kelompok apakah kelompok akan melanjutkan
kegiatan dan bertemu kembali serta berapa kali kelompok itu bertemu. Dengan
kata lain kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan melakukan
kegiatan. Dapat disebutkan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan pada tahap
ini adalah:
a.
Penyampaian
pengakhiran kegiatan oleh pemimpin kelompok
b.
Pengungkapan
kesan-kesan dari anggota kelompok
c.
Penyampaian
tanggapan-tanggapan dari masing-masing anggota kelompok
d.
Pembahasan
kegiatan lanjutan
e.
Penutup
Setiap pertemuan, pada
akhir kegiatan pemimpin kelompok meminta anggota kelompok untuk mengungkapkan perasaannya, pendapatnya,
minat, dan sikapnya tentang sesuatu yang telah dilakukan selama kegiatan
kelompok (yang menyangkut isi maupun proses). Selain itu anggota kelompok juga
diminta mengemukakan tentang hal-hal yang paling berharga dan sesuatu yang
kurang di senangi selama kegiatan
berlangsung. Penilaian atau evaluasi kegiatan layanan bimbingan kelompok
diorientasikan kepada perkembangan pribadi siswa dan hal-hal yang dirasakan
oleh anggota berguna. Penilaian kegiatan bimbingan kelompok dapat dilakukan
secara tertulis, baik melalui essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana
(Prayitno, 1995)
Menurut
Prayitno (1995) penilaian terhadap layanan tersebut lebih bersifat penilaian
“dalam proses” yang dapat dilakukan melalui :
1.
Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta
selama kegiatan berlangsung
2.
Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas
3.
Mengungkapkan kegunaan layanan bagi
mereka dan perolehan mereka sebagai hasil dari keikutsertaan mereka.
4.
Mengungkapkan minat dan sikap mereka
tentang kemungkinan kegiatan lanjutan
5.
Mengungkapkan kelancaran proses dan
suasana penyelenggaraan layanan.
Berikut ini beberapa
pertimbangan dalam membentuk suatu kelompok pada layanan bimbingan kelompok menurut
Prayitno (1995):
1. Jenis kelompok,
untuk tujuan-tujuan tertentu mungkin diperlukan pembentukan kelompok dengan
jumlah anggota yang seimbang antara laki-laki dan perempuan, atau mungkin juga
semua jenis kelamin anggota sama.
2. Umur, pada
umumnya dinamika kelompok lebih baik dikembangkan dalam kelompok-kelompok
dengan anggota seumur.
3. Kepribadian,
keragaman atau keseragaman dalam kepribadian anggota dapat membawa keuntungan
atau kerugian tertentu. Jika perbedaan diantara para anggota itu amat besar,
maka komunikasi akan terganggu dan dinamika kelompok juga kurang hangat.
4. Hubungan awal,
keakraban dapat mewarnai hubungan dalam anggota kelompok yang sudah saling
bergaul sebelumnya, dan sebaliknya suasana keasingan akan dilaksanakan oleh para
anggota yang belum saling kenal. Untuk
kelompok tugas mungkin anggota yang seragam akan menyelesaikan tugas lebih
baik. Sebaliknya, bagi kelompok bebas,
khususnya dengan Tujuan kemampuan hubungan sosial dengan orang-orang baru,
anggota kelompok yang beragam akan lebih tepat sasaran.
assalamu'alaikum... terimakasih atas tulisannya Q, jadi ingat masa-masa perjuangan S1 BK FIP UNP..
BalasHapuswa'ailumsalam wr wb sob... ya fit, kapan ya bisa ngumpul lagi ma tmen2... sukses ya!
HapusThank's Infonya Bray .. !!!
BalasHapuswww.bisnistiket.co.id
jadi ingat kuliah bimbingan kelompoknya dulu sama bapak, kuliahnya menyenangkan
BalasHapusAlhamdulillah ada kesan baik... Pada dimana skrg?
Hapus