ICE
BREAKING
Oleh
Hengki Yandri
Sumber: http://www.gamegar.com |
Berdasarkan
hasil penelitian, rata-rata setiap orang untuk dapat berkonsentrasi pada satu
fokus tertentu hanyalah sekitar 15 menit. Setelah itu konsentrasi seseorang
sudah tidak lagi dapat fokus. Dalam suatu pelatihan hal tersebut perlu
mendapatkan perhatian yang serius. Seorang fasilitator harus peka ketika
melihat gejala yang menunjukkan bahwa peserta sudah tidak dapat konsentrasi
lagi. Apa yang harus dilakukan oleh seorang fasilitator ketika melihat gejala
demikian? Salah satu hal yang bisa dilakukan yaitu dengan melakukan ice breaking kepada peserta training.
A.
Pengertian
Ice breaking
adalah padanan dua kata Inggris yang mengandung makna “memecah es”. Istilah ini
sering dipakai dalam training dengan
maksud menghilangkan kebekuan-kebekuan di antara peserta latihan, sehingga
mereka saling mengenal, mengerti dan bisa saling berinteraksi dengan baik
antara satu dengan yang lainnya. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan status,
usia, pekerjaan, penghasilan, jabatan dan sebagainya akan menyebabkan
terjadinya dinding pemisah antara peserta yang satu dengan yang lainnya. untuk
melebur dinding-dinding penghambat tersebut, diperlukan sebuah proses ice breaking.
Menurut
Syam Mahfud (2010) ice
breaking adalah suatu aktivitas kecil dalam suatu acara yang
bertujuan agar peserta mengenal peserta lain dan merasa nyaman dengan
lingkungan barunya. Kegiatan ini biasanya berupa suatu humor, kadang berupa
kegiatan yang cenderung memalukan, kegiatan berupa informasi, pencerahan, atau
dapat juga dalam bentuk permainan sederhana. Selanjutnya ice breaking bisa diartikan sebagai usaha untuk memecahan atau
mencairkan suasana yang kaku seperti es agar menjadi lebih nyaman mengalir dan
santai. Hal ini bertujuan agar materi-materi yang disampaikan dapat diterima
(Nida, 2011)
Dari beberapa
pendapat di atas, bisa disimpulkan bahwa ice
breaking merupakan suatu aktivitas kecil dalam suatu kegiatan sebagai usaha
untuk memecah suasana beku/ kaku agar peserta merasa nyaman dengan
lingkungannya dan meningkatkan motivasi peserta untuk mengikuti kegiatan yang
sedang dijalani.
B.
Tujuan
Tujuan
dilaksanakan
ice breaking adalah :
1. Terciptanya
kondisi-kondisi yang equal (setarap) antara sesama peserta dalam kegiatan training.
2. Menghilangkan
sekat-sekat pembatas di antara peserta, sehingga tidak ada lagi anggapan si anu
pintar, si anu bodoh, si anu kaya, si anu bos dan lain sebagainya, yang ada
hanyalah kesamaan kesempatan untuk maju.
3. Terciptanya
kondisi yang dinamis di antara peserta
4. Menimbulkan
kegairahan (motivasi) antara sesama peserta untuk melakukan aktivitas selama
training berlangsung.
C. Kapan Ice breaking dibutuhkan?
Sesuai namanya, ice breaking dibuat untuk “memecahkan es” pada suatu acara,
baik itu pesta ataupun pada pertemuan – pertemuan yang lebih formal seperti
seminar dan pelatihan. Teknik ini sering digunakan ketika peserta belum saling
kenal, belum pernah bekerja sama ataupun belum mengenal lingkungan sekitar.
contoh yang lain adalah:
1. Saat peserta datang dari berbagai
beckground yang berbeda.
2. Peserta perlu untuk bekerjasama secepatnya
untuk satu tujuan.
3. Tim baru terbentuk.
4. Topik diskusi merupakan hal
baru.
5. Fasilitator yang ingin lebih
mengenal peserta maupun sebaliknya
.
D.
Metode
Banyak
metode yang dapat dilakukan dalam ice
breaking ini, di antaranya :
1.
Metode Ceramah
Trainer terlebih
dahulu melakukan ceramah pembuka yang pada hakikatnya menjelaskan tentang
beberapa hal, antara lain : pentingnya kesatuan dalam suatu komunitas,
persamaan hak di antara sesama peserta, perlakukan yang sama, tim building, kesadaran potensi, kerjasama
antar kelompok dll.
2.
Metode Studi
Kasus
Trainer memberikan
kesempatan kepada peserta untuk ikut andil memecahkan persoalan-persoalan
praktis sehari-hari yang ditawarkan oleh pelatih, tujuannya adalah ;
a.
Untuk melihat potensi awal yang dimiliki
masing-masing peserta baik dari segi afektif, kognitif maupun psikomotornya.
b.
Membiasakan peserta untuk berinteraksi
dengan kelompoknya yang baru, dengan bertanya, menanggapi atau mengamati
peserta lain.
c.
Memberikan pengertian bahwa sejak hari
itu mereka akan menjadi sebuah keluarga (sanak famili) sampai kapanpun.
3.
Metode
Sinetik
Sebuah metode
pengembangan sumbang saran, dimana dalam suatu pemecahan masalah dipadukan
berbagai pendapat dari berbagai disiplin ilmu sehingga memunculkan solusi yang
lebih kreatif terhadap persoalan yang muncul.
4.
Metode Lorong
Penuh Liku,
Metode ini dimulai
dari membaca beberapa halaman dari buku, kemudian dipaksa untuk membuat
keputusan. Berdasarkan keputusan itu peserta diinstruksikan untuk membuka pada
suatu halaman tertentu yang telah disusun secara acak. Kemudian diberikan
sebuah skenario yang berdasarkan keputusan yang telah dibuat dan keputusan
lebih lanjut akan mengirim anda ke halaman muka atau halaman-halaman belakang
dari buku, sampai akhirnya peserta keluar dari lorong-lorong tersebut, mungkin
setelah melakukan beberapa langkah-langkah yang salah. (untuk penggunaan teknik
ini, pelatih harus terlebih dahulu mempersiapkan bahan-bahannya).
5.
Metode
Simulasi dan Permainan
Metode ini merupakan
metode yang paling mudah dilakukan, pelatih mempersiapkan beberapa permainan
yang bertujuan untuk memecah kebekuan (ice breaking games) peserta.
Permainan ini banyak sekali bentuknya, di antaranya adalah ; permainan lempar
kokarde, pesan berantai, ziq-zaq dan lain-lain. Tujuan simulasi ini adalah :
a.
Terciptanya keakraban di antara
peserta.
b.
Masing-masing peserta dapat menghafal
nama dan beberapa identitas penting peserta lainnya.
c.
Tertanamnya anggapan bahwa mereka
adalah satu kesatuan (solidaritas) “bila satu sakit, yang lain akan ikut
merasakannya”.
E.
Jenis-jenis
Ice Breaking
Ada
banyak macam ice breaking yang dapat
digunakan dalam pelatihan, beberapa diantaranya sebagai berikut:
- Jenis
yel-yel
Yel-yel
walaupun sederhana tetapi mempunyai tingkat “pemulih” yang paling baik
dibanding jenis lain. Dengan melakukan yel-yel selain konsentrasi menjadi pulih
kembali, juga dapat menumbuhkan semangat yang tinggi dari peserta pelatihan
untuk melanjutkan pelatihan. Selain itu yel-yel juga terbukti efektif untuk
menanamkan esprit de corp atau kekompakan tim dalam suatu
pelatihan.
Banyak
jenis yel yang bisa dilakukan dalam suatu pelatihan, tergantung dari tujuan
yang ingin dicapai dari yel tersebut. Di sini akan saya jelaskan sebagai
berikut:
a.
Jika fasilitator ingin memusatkan
perhatian kembali tanpa harus berteriak-teriak,” bapak-bapak dan ibu-ibu mohon
ketenangannya karena materi berikut sangat penting!”. Kalau hal itu yang kita
lakukan tentu sangatlah tidak efektif. Semakin keras kita berteriak semakin
gaduh pula suasana ruang pelatihan. Semakin sering kita berteriak semakin tidak
terhormat pula seorang fasilitator.
Bagaimana
strateginya? Terlebih dahulu kita membuat kesepakatan-kesepakatan untuk
melakukan yel-yel tertentu. Yel yang paling sering untuk tujuan ini adalah
model-model sapa jawab.
Contoh:
Fasilitator menyapa
|
Peserta menjawab
|
Halo
|
Hai
|
Hai
|
Halo
|
Apakabar
|
Luar
biasa
|
Selamat
pagi
|
Siap-siap
|
Selamat
siang
|
Kerja
keras
|
Selamat
sore
|
Terima
gaji
|
Selamat
malam
|
Enak
tenan
|
Kita
kembali ke…
|
Laptop
|
Are
you ready?
|
Yes
|
dsb
|
Yel-yel tersebut
dapat diciptakan sendiri berdasarkan kesepakatan bersama dengan peserta
pelatihan. Jika fasilitator memandang peserta gaduh karena berbicara sendiri
maka dapat menggunakan salah satu sapa jawab di atas.
b.
Yel juga sering digunakan untuk memompa
semangat kerja tim dalam kerja kelompok. Yel-yel model ini biasanya sering
digunakan untuk mengawali pekerjaan kelompok ataupun dalam mengakhiri kerja
kelompok. Misalnya pada saat pelatihan peserta dibagi dalam kelompok-kelompok
kecil. Setiap kelompok dipersilahkan membuat yel-yel yang dapat memotivasi
mereka untuk lebih semangat atau bahkan agar mempunyai daya kompetisi yang
tinggi. Di sini yel-yel yang mereka ciptakan akan sangat berfariasi sebab jika
ada 10 kelompok, maka akan terdapat 10 yel yang berbeda-beda.
- Jenis
tepuk tangan
Tepuk
tangan pada awalnya adalah merupakan salah satu ekspresi kegembiraan disamping
tertawa. Biasanya kegembiraan yang diekspresikan dengan tepuk tangan adalah
saat mendengar atau melihat diri kita atau orang lain yang memiliki hubungan
dekat dengan kita mengalami suatu keberhasilan tertentu. Misalnya kita
mendengar kabar kita dinyatakan lulus ujian, atau bisa juga anak kita sedang
memenangi suatu perlombaan tertentu.
Ice breaking
jenis tepuk dapat dilakukan oleh siapa saja. Bagi peserta yang kurang suka
menyanyi atau juga peserta yang kurangmemiliki rasa percaya diri biasanya
memilih model ini. Tepuk tangan juga sangat bagus dilakukan oleh siapa saja
dengan tidak melihat usia. Dari anak kecil samapai orang tua tetap pantas
melakukan jenis ini.
Untuk
kepentingan energizer dalam pelatihan, tepuk tangan dapat dimodifikasi menjadi
banyak sekali modelnya. Pada kesempatan ini saya akan memberikan beberapa model
tepuk tangan, sebagai berikut:
TEPUK
ANGGOTA BADAN
Jika
kita pegang hidung, peserta tepuk 1 x
Jika
kita pegang bibir, peserta tepuk 2 x
Jika
kita pegang telinga, peserta tepuk 3 x
Jika
kita bersedekap, peserta tepuk 4 x
(bisa
dimodifikasi ataupun dibolak-balik ketentuannya)
TEPUK
DIBALAS TEPUK
Jika
kita tepuk 1x, peserta tepuk 4 x
Jika
kita tepuk 2x, peserta tepuk 3 x
Jika
kita tepuk 3x, peserta tepuk 2 x
Jika
kita tepuk 4x, peserta tepuk 1 x
(bisa
dimodifikasi ataupun dibolak-balik ketentuannya)
Dan
masih banyak lagi.
- Jenis
menyanyi
Selama
ini berdasarkan pengalaman, ice breaking jenis ini adalah yang paling banyak
disukai oleh peserta pelatihan apalagi kalau pesertanya kebanyakan wanita.
Untuk kepentingan ice breaking menyanyi tidaklah harus lagu-lagu original
ciptaan sendiri, tetapi bisa juga kita hanya menyanyikan lagu-lagu yang sedang
nge-trend tetapi dengan lirik yang diganti sesuai dengan tema pelatihan.
Misalnya kita ajak peserta menyanyikan lagu “Munajat Cinta” pada pelatihan guru
dengan lirik sebagai berikut:
Hari ini kami di sini
Memperhatikan materi penyaji
Seperti hari-hari
yang sudah-sudah
semuanya kami lakukan
untuk menambah keterampilan
seperti orang-orang
yang profesional
Tuhan jadikanlah aku
Orang yang penuh dedikasi
Ntuk memajukan bangsaku
Indonesia tercinta
Tentu
masih banyak sekali contoh lagu-lagu lain yang bisa digunakan untuk energizer.
Bahkan tidak hanya lagu-lagu yang sedang trend, tetapi lagu anak-anak yang dulu
pernah kita kenal juga bisa tetap menarik. Tentu dengan merubah lirik-liriknya.
- Jenis
gerak anggota badan
Energizer
jenis ini biasanya digunakan dalam pelatihan jika dilihat para peserta sudah
kecapaian. Setelah seharian mereka diskusi atau presentasi fasilitator, maka
perlu digerakkan anggota badannya agar kondisi psikologis kembali fress. Jenis ini
bisa dilakukan secara individual maupun berpasangan. Salah satu contoh adalah
sebagai berikut:
Jika
kita katakan mangga, peserta mengangkat kedua tangan sambil berjinjit
Jika
kita katakan jeruk, kedua tangan peserta mengacung ke depan.
Jika
kita katakan kacang, peserta membungkukkan badan sambil kedua tangan memegang
sepatu.
Permainan
tersebut bisa dimodifikasi, dan juga dapat dilakukan secara bolak-balik
tergantung kesepakatan dengan peserta.
- Jenis gerak
dan lagu
Jenis
lagu ini hampir sama dengan jenis gerak anggota badan, justru jenis ini lebih
menarik, karena disertai dengan lagu.
F.
Hal-hal yang Perlu
Diperhatikan Saat Ice Breaking
1. Seorang pelatih haruslah mempunyai naluri (feeling)
khusus yang kuat ketika melakukan proses ice breaking. Ia harus tahu saat
peserta sudah lebur atau belum dan masih harus dileburkan. Ketika peserta belum
lebur namun ice breaking sudah dihentikan, hal ini akan menyusahkan sewaktu
penyajian materi berikutnya.
2. Saat melakukan ice breaking, seorang pelatih harus sudah dapat mendeteksi,
(minimal beberapa orang dari peserta sudah masuk dalam memorinya) tentang
potensi awal, sikap, sifat dan “karakteristik special” seorang peserta.
3. Waktu
yang disediakan untuk melakukan ice breaking sangat kondisional, tergantung
kepada tingkat keleburan peserta. Ada peserta yang mudah lebur dan ada yang
sulit lebur, karena perbedaan pendidikan, latar belakang, dll yang sangat
signifikan. Oleh karena itu seorang pelatih harus mempunyai beberapa “jurus
simpanan” yang harus dikeluarkannya bila peserta sulit mengalami peleburan
antara satu dengan yang lainnya.
4. Menimbulkan kesan positif, seorang pelatih
haruslah dipandang oleh peserta dalam pandangan yang positif, baik dari segi
pendapat, sikap, sifat dan interaksinya dengan peserta, karena tidak menutup
kemungkinan nanti seorang pelatih akan menjadi tempat “curhat” paling dipercaya
bagi peserta yang mengalami persoalan-persoalan khusus.
Sumber:
Nida. 2011. “Varian Ice Breaker:
Segarkan Aktivitas Pembelajaran”. (http://komunikasi.um.ac.id,
diakses 28 September 2012).
Sunarto.
2008. “Ice Breaking: Tips Menjadi Fasilitator Idola”. (http://sunartombs.wordpress.com,
diakses 28 September 2012).
Supriadi.2006.
“Ice Breaking dan Orientasi”. (http://www.andragogi.com,
diakses 28 September 2012)
Syam
Mahfud. 2010. “Ice Breaking Definition”. (http://akselera.wordpress.com, diakses 28
September 2012).
awalnya saya kira ice breaking itu challenge 😁
BalasHapus