Home

Sabtu, 23 Juni 2012

KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONAL


KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONAL


 A.    PENGANTAR KONSTRAN
Pendekatan analisis transaksional dipelopori oleh Erick Berne dan dikembangkan semenjak tahun 1950. Transaksional maksudnya ialah hubungan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Adapun hal yang dianalisis yaitu meliputi bagaimana bentuk cara dan isi dari komunikasi mereka. Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan apakah transaksi yang terjadi berlangsung secara tepat, benar dan wajar. Bentuk, cara dan isi komunikasi dapat menggambarkan apakah seseorang tersebut sedang mengalami masalah atau tidak.
Analisis transaksional berpendapat bahwa dalam kepribadian seseorang terdapat unsur-unsur yang saling berkaitan. Pendekatan ini juga menekankan fungsi dan pendekatan ego.


B.     PANDANGAN TENTANG MANUSIA
Pandangan analisis transaksional tentang hakekat manusia ialah pada dasarnya manusia mempunyai keinginan atau dorongan – dorongan untuk memperoleh sentuhan atau “stroke”. Sentuhan ini ada yang bersifat jasmaniah dan rohaniah serta yang berbentuk verbal dan fisik. Yang menjadi keperibadian seseorang ialah bagaimana individu memperoleh sentuhan melalaui transaksi. Penampilan kepribadian seseorang terbentuk dari naskah hidup seseorang yang telah terbentuk sejak usia muda.

C.    STRUKTUR KEPRIBADIAN
Analisis transaksional meyakini pada diri individu terdapat unsure-unsur  kepribadian yang terstruktur dan itu  meruakan satu kesatuan yang disebut dengan “ego state”. Adapun unsur kepribadian itu terdiri dari:
1.    Ego state child
Pernyataan ego dengan ciri kepribadian anak-anak seperti bersifat manja, riang, lincah dan rewel. Tiga bagian dari ego state child ini ialah: 
a)   Adapted child (kekanak-kanakan)
Unsure ini kurang baik ditampilkan saat komunikasi karena banyak orang tidak menyukai dan hal ini menujukkan ketidak matangan dalam sentuhan.
b)   Natural child (anak yang alamiah)
Natural child ini banyak disenangi oleh orang lain karena sifatnya yang alamiah dan tidak dibuat-buat serta tidak berpura-pura, dan kebanyakan orang senang pada saat terjadinya transaksi.
c)    Little professor
Unsur ini ditampilkan oleh seseorang untuk membuat suasana riang gembira dan menyenangkan padahal apapun yang dilakukannya itu tidaklah menunjukkan kebenaran.
2.    Ego state parent
Ciri kepribadian yang diwarnai oleh siafat banyak menasehati, memerintah dan menunjukkan kekuasaannya. Ego state parent ini terbagi dua yaitu:
a)     Critical parent
Bagian ini dinilai sebagai bagian kepriadian yang kurang baik, seperti menujukkan sifat judes, cerewet, dll.
b)   Nurturing parent
Penampilan ego state seperti ini baik seperti merawat dan lain sebagianya.
3.    Ego state adult
Berorientasi kepada fakta dan selalu diwarnai pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana.
   Dengan demikian untuk kita ketahui bahwasanya dalam tiap individu ego state yang tiga diatas selalu ada yang berbeda Cuma kadarnya saja. Berapa banyak ego state yang ada dalam individu akan mempengaruhi tingkah lakuorang tersebut.
Berdasarkan keberadaan ego state terdapat tiga komposisi yang ada dalam diri individu adalah:
1.  Ego state normal
Sesuai dengan situasi dan kondisi dimana orang itu berada. Penampilan ego state yang normal ini dapat dilihat dalam suasana yang serius.
2.  Ego state kaku
Ego state yang ditmpilaknnya tidak berbeda tetapi hanya satu saja.
3.  Ego state cair
Tidak ada batasan antara penampilan ego state yang satu dengan yang lain.

D.    MOTIVASI HIDUP
Hansen (dalam Taufik, 2000:101) membagi kebutuhan psikologis manusia menjadi tiga bagian menurut analisis transaksional yaitu:
1.    Kebutuhan akan memperoleh rangsangan
Sentuhan yang diberika bisa bersifat jasmaniah(salaman, tepukan,belaian), rohaniah (perhatian, senyuman, sapaan), positif (pujian, sanjungan)maupun negative(ejekan, cemoohan, hinaan).
Sentuhan akan memberikan warna tersendiri bagi individu, jika sentuhan itu bersifat sistematis maka anak-akan menerima apa adanya. Misalnya anak yang biasa mendengar kata-kata kasar dari orang tua, apabila dia tidak mendengar kata-kata tersebut maka ia akan merasakan keanehan.
2.    Kebutuhan untuk menstruktur waktu
Enam bentuk hubungan yang dipilih seseorang dalam mencari sentuhan;
a)    With drawl
Memutuskan hubungan atau hubungan menarik diri. Individu mencari sentuhan dengan berbicara sendiri, berfantasi.
b)   Ritual
Individu melaukan hubungan social untuk memperoleh sentuhan dengan sedikit modal energy  atau juga melihat sedikit resiko.
c)    Pas time
Individu mencari sentuhan dengn melalukan waktu\membiarkan waktu berlalu tanpa sesuatu yang jelas.
d)   Activity
Melakukan suatu kegiatan dimana dalam kegiatan itu diperoleh sentuhan.
e)    Games
Individu yang berupaya memperoleh sentuhan dengan cara melakukan permainan dengan orang lain.
f)    Intimacy
Individu memperoleh sentuhan dengan melakukan hubungan intim baik dengan individu lain ataupun dengan benda.
3.    Kebutuhan untuk memperoleh posisi hidup
Analisis transaksional menurut A.Harris dalam Taufik (2009) membagi empat posisi hidup yang sering dipilih oleh seseorang yaitu;
a)    Saya OK kamu OK
Posisi ini ialah posisi yang dipilih oleh seseorang apabila ia merasa beres dan orang lain juga beres. Hubungannya yang terjadi bersifat evolusioner  yaitu berubah secara lambat.
b)        Saya OK kamu tidak OK
Posisi ini dipilih oleh seseorang apabila ia merasa posisinya beres dan posisi orang lain tidak beres. Hubungan ini cendrung untuk merubah pihak kedua dan bersifat revolusioner yaitu perubahan secara cepat.  
c)    Saya tidak OK kamu OK
Orang yang berada dalam posisi ini ialah orang yang merasa dirinya tidak beres dan orang lainlah yang beres. Sifat hubungannya ini devolusioner yaitu berubah secara lambat. Biasanya orang yang memilih posisi ini mempunyai sifat rendah diri.
d)   Saya tidak OK kamu tidak OK
Orang yang berada pada posisi ini merasa dirinya tidak beres dan orang lain pun dirasaka tidak beres. Hubungannya tidak jelas yaitu siapa yang mengubah siapa yang bersifat obvolusioner.

E.     JENIS-JENIS TRANSAKSI
Gerald Corey (dalam Taufik, 2009:108) membagi jenis transaksi menjadi tiga bagian yaitu:
1.         Transaksi sejajar
Individu yang berkomunikasi dengan menggunakan ego state tertentu sehingganya respon yang ditampilakan oleh orang lain sesuai dengan yang diharapkan
2.    Transaksi silang
Penampilan ego state seseorang sehingganya respon yang diberikan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
3.    Transaksi terselubung
Penampilan ego state seseorang yang dalam komunikasi yang memiliki tujuan terselubung dari maksud pembicaraannya.

F.     PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN YANG SEHAT
Ciri-ciri kepribadian yang sehat menurut Hansen (dalam Taufik, 2009;111) adalah:
1. Individu dapat menampilkan ego statenya secara luwes sesuai dengan tempat ia berada
2. Individu berusaha menemukan naskah hidupnya secara bebas serta memungkinkan pula ia memperoleh sentuhan secara bebas pula.
3.    Memilih posisi hidup revolusioner, saya OK kamu Ok
4.    Ego statenya bersifat fleksibel tidak kaku dan tidak pul cair.

G.      PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN YANG ABNORMAL
Masih dalam buku sumber yang sama cirri kepribadian yang abnormal ialah:
1.  Kecendrungan untuk memilih posisi devolusioner, obvolusioner dan pada dirinya ada unsure tidak Ok
2.    Kecenderungan untuk menggunakan ego state yang tunggal
3.    Ego state yang ditampilkannya terlalu cair
4.    Ego statenya tercemar.

H.      TUJUAN DAN PROSES KONSELING
Adapun tujuan dari konseling ini ialah:
1.    Mendekontaminasikan ego state yang terganggu
2.    Membantu mengunakan ketiga ego state yang terganggu
3.    Membantu menggunakan ego state adult secara optimal
4.    Mendorong berkembangnya life position SOKO dan lifi script baru dan produktif.

Berikut ini akan dibahas hal-hal yang harus diperhatikan konselor dalam melakukan konseling dengan menggunakan analisis transaksional.
1.    Analisis struktur
Menjelaskan kepada klien bahwasanya kita sebagai indvidu mengemban tiga ego state dan menjelaskan tentang ego state itu satu persatu, sehingganya individu itu sadar ego state yang mana yang lebih dominan dalam dirinya.
2.    Analisis transaksional
Konselor menganalisis pola transaksi dalam kelompok, sehingganya konselor dapat mengetahui ego state yang mana yang lebih dominan dan apakah ego state yang ditampilkan tersebut sudah tepat atau  belum.
3.    Analisis permainan
Konselor menganalisis suasana permainan yang diikuti oleh klien untuk mendapat sentuhan, setelah itu dilihat apakah kline mampu menanggung resiko atau malah bergerak kearah resiko yang tingkatnya lebih rendah.
4.    Analisis naskah hidup
Hal ini dilakukan apabila konselor sudah meyakini bahwasanya kliennya terjangkiti posisi hidup yang tidak sehat.

I.       TEKNIK-TEKNIK KONSELING
Teknik konseling yang digunakan adalah:
1. Permission
Memperbolehkan klien melakukan apa yang tidak boleh dilakukan oleh orang tuanya
2. Protection
Melindungi klien dari ketakutan karena klien disuruh melanggar terhadap peraturan orang tuanya.
3. Potency
Mendorong klien untuk menjauhkan diri klien dari injuction yang diberikan orang tuanya.
4. Operation
a). Interrogation
Mengkonfrontasikan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi pada diri klien sehingganya berkembang  respon adult dalam dirinya.
b). Specification
Mengkhususkan hal-hal yang dibicarakan sehingganya klien paham tentang ego statenya.
c). Confrontation
Menunjukkan  kesenjangan atau ketidak beresan pada diri klien
d). Explanation
Transaksi adult-adult yang terjadi antara konselor dengan klien untuk menejlaskan mengapa hal ini terjadi (konselor mengajar klien)
e). Illustration
Memberikan contoh pengajaran kepada klien agar ego statenya digunakan  secara tepat.  
f).  Confirmation
Mendorong klien untuk bekerja lebih keras lagi.
g). Interpretation
Membantu klien menyadari latar belakang dari tingkah lakunya
h). Crystallization
Menjelaskan kepada klien bahwasanya klien sudah boleh mengikuti games untuk mendapatkan stroke yang diperlukannya.

J.      KEKUATAN DAN KELEMAHAN KONSTRAN
Beberapa kekuatan konseling analisis transaksional menurut Muhammad Surya (2003:46) yaitu :
1.  Terminology yang sederhana dapat dipelajari dengan mudah diterapkan dengan segera pada perilaku yang kompleks
2.  Klien diharapkan dan didorong untuk moncoba dalam hubungan di luar ruang konseling untuk mengubah tingkah laku yang salah
3. Perilaku klien disini dan sekarang, merupakan cara untuk membawa perbaikan klien.
4.   Penekanan pada pengalaman masa kini dan lingkungan sosial.




Sumber:

Prayitno. 1998. Konseling Pancawaskita. Padang: Jurusan BK FIP UNP

Taufik. 2009. Model-model konseling. Padang: Jurusan BK FIP UNP

Muhammad Surya. 2003. Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bany Quraisy

1 komentar:

Silahkan bergabung ke MEMBERS CCI untuk dapat meninggalkan komentar sahabat.Terima Kasih!