MEDIA
BIMBINGAN DAN KONSELING
Oleh:
Boy Soedarmadji
A.
Definisi
Seringkali
kita temui dalam proses pembelajaran di kelas, guru mengalami masalah untuk
memberikan pengertian kepada siswa tentang satu pokok bahasan. Guru mengeluh
karena sudah seringkali diulang, tetapi siswa tidak dengan segera dapat
memahami pokok bahasan tersebut. Kasus ini mengindikasikan bahwa dalam proses
komunikasi antara guru dan siswa terdapat kesenjangan. Dimana kesenjangan ini
muncul mungkin akibat bahan ajar yang diberikan kepada siswa kurang menarik
atau mungkin media yang dipergunakan tidak sesuai dengan karakteristik bahan
ajar yang diberikan.
Seringkali
guru menyampaikan bahan ajar kepada siswa hanya dengan mempergunakan cara-cara
yang “kuno”. Dalam arti bahwa guru hanya sebatas menjelaskan atau memberi
ceramah kepada siswa. Keterbatasan metode ini akan membuat siswa merasa cepat
bosan walaupun materi yang diberikan oleh guru sebenarnya sangat menarik.
Sadiman
(2002) menyatakan bahwa proses pembelajaran di kelas pada dasarnya adalah
proses komunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa guru sebagai sumber informasi
memiliki kebutuhan untuk menyampaikan informasi (bahan ajar) kepada siswa
sebagai penerima informasi. Penyampaian informasi ini dapat melalui cara-cara
biasa seperti berbicara kepada siswa, atau melalui perantara yang disebut
sebagai media.
Istilah
media berasal dari bahasa latin, yaitu medium yang memiliki arti perantara.
Dalam Dictionary of Education, disebutkan bahwa media adalah bentuk perantara
dalam berbagai jenis kegiatan berkomunikasi. Sebagai perantara, maka media ini
dapat berupa koran, radio, televisi bahkan komputer. Gagne (dalam Sadiman, dkk,
2002) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan
siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Lebih lanjut, Briggs (dalam
Sadiman, dkk, 2002) menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Definisi tersebut mengarahkan kita untuk menarik suatu simpulan bahwa media adalah segala jenis (benda) perantara yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada orang yang membutuhkan informasi.
Definisi tersebut mengarahkan kita untuk menarik suatu simpulan bahwa media adalah segala jenis (benda) perantara yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada orang yang membutuhkan informasi.
Lebih
lanjut, dalam proses pembelajaran dikenal pula istilah media pembelajaran.
Suyitno (1997) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah suatu peralatan baik
berupa perangkat lunak maupun perangkat keras yang berfungsi sebagai belajar
dan alat bantu mengajar. Sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran, maka
media belajar ini akan disesuaikan dengan karakteristik masing-masing bahan
ajar yang akan disajikan juga memperhatikan karakteristik siswa.
B. Jenis-jenis media
Saat
ini, dengan cepatnya teknologi komunikasi maka semakin banyak pula media
komunikasi yang muncul. Pada pembahasan ini, media komunikasi yang dimaksud
adalah media untuk membantu pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Beberapa media yang dimaksud adalah komputer (internet), peralatan audio
seperti tape recorder dan peralatan visual seperti VCD/DVD.
1. Komputer
Perkembangan
perangkat komputer saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hampir setiap
bulan muncul genre-genre baru dalam dunia komputer. Sebagai contoh adalah
perkembangan prosessor sebagai otak dalam sebuah komputer mulai dari Intel
Pentium 1 sampai dengan Pentium 4. Sebagian orang belum bisa menikmati
kecanggihan Prosesor Pentium 4, saat ini sudah muncul Centrino bahkan Centrino
Duo Core. Belum lagi sebagian orang berpikir kehebatan Centrino Duo Core, telah
muncul pula AMD 690.
Pesatnya
perkembangan teknologi komputer ini memang sebagai jawaban untuk akses data
atau informasi. Perubahan di masyarakat yang semakin cepat pada akhirnya
menuntut perkembangan teknologi komputer yang semakin canggih. Saat ini
dibutuhkan akses data yang cepat, sehingga pada akhirnya prosesor yang ada juga
semakin cepat.
2. Peralatan Audio
Perkembangan
peralatan audio saat ini juga mengalami perkembangan yang pesat. Peralatan
audio yang di pergunakan dalam proses bimbingan dan konseling seperti tape
recorder. Penggunaan tape recorder ini antara lain adalah untuk merekam sesi
konseling dan memutar kembali hasil-hasil yang diperoleh selama sesi konseling.
Tape
recorder membutuhkan kaset untuk bisa melakukan tindakan perekaman. Kaset
memiliki pita magnetik yang berfungsi untuk menyimpan data atau informasi
percakapan. Saat ini telah berkembang alat perekam yang tidak membutuhkan pita
perekam. Alat ini disebut MP3 dan MP4. Pada dasarnya alat ini berfungsi sebagai
player, dimana di dalam alat ini terdapat sebuah mini harddisk yang memiliki
kapasitas sampai dengan 4 Gb. Sebagai sebuah player, maka alat ini dapat
memainkan musik dan dapat dipergunakan untuk merekam suara.Ukuran MP3 dan MP4
saat ini amat kecil jika dibandingkan dengan sebuah mini tape recorder biasa.
Seringkali kita jumpai, alat MP3 atau MP4 seukuran sebuah spidol atau
ballpoint.
3. Peralatan Visual
Alat
visual dapat bermacam-macam ragamnya seperti video player dan VCD/DVD player.
Pada awalnya, penggunaan peralatan visual adalah dengan mempergunakan
projector. Penggunaan proyektor ini dipandang tidak efisien, karena dalam
proses produksinya membutuhkan tahapan-tahapan yang panjang. Mulai dari merekam
gambar sampai dengan menampilkan gambar. Bahkan seringkali dijumpai mutu gambar
yang tidak bagus dan bahkan mudah rusak. Sehingga lambat laun peralatan ini
mulai ditinggalkan.
Video
player dulu merupakan peralatan yang lumayan banyak dipergunakan orang. Hanya
saja, saat ini sudah banyak ditinggalkan karena proses produksinya tertalu
berbelit. Untuk menghasilkan sebuah hasil rekaman yang baik, dibutuhkan kamera
perekam yang lumayan besar dan berat, selain itu kaset yang dipergunakan juga
relatif besar, sehingga dipandang tidak praktis. Terlebih, hasil rekaman
seringkali tidak begitu jernih. Peralatan visual yang sering kita jumpai antara
lain adalah video player atau CD player. Peralatan ini banyak dijumpai karena
memiliki tingkat pengoperasian yang mudah dan memiliki harga yang relatif
murah. Penggunaan video player ini tidak akan bisa lepas dari keberadaan sebuah
disc atau keping VCD/DVD. Dengan kecanggihan teknologi yang ada saat ini,
proses perekaman gambar tidak perlu mempergunakan perangkat yang
bermacam-macam. Saat ini telah berkembang alat perekam (handycam) yang secara
langsung dapat merekam gambar langsung ke dalam keping VCD/DVD. Dengan kata
lain, pengoperasian VCD/DVD ke player akan semakin mudah.
Perkembangan
teknologi informasi saat ini, pada akhirnya bertujuan untuk memudahkan konsumen
menikmati hiburan antau informasi dengan efisien. Hal ini pada akhirnya
memunculkan perangkat-perangkat multi media. Teknologi multi media yang
berkembang saat ini sudah demikian canggihnya, sehingga sehingga seringkali
konsumen bingun untuk memilih teknologi apa yang akan dibeli.
Saat
ini peralatan komputer yang dijumpai di pasaran pun sudah mempergunakan
teknologi multi media. Dulu, komputer hanya dipergunakan sebagai alat pengolah
data saja. Tetapi selanjutnya berkembang juga sebagai alat entertainment.
Komputer saat ini hampir bisa dipergunakan untuk membantu segala macam
permasalahan manusia, mulai dari mengolah data sampai dengan memproduksi sebuah
tayangan video yang baik.
C.
Manfaat Penggunaan Media
dalam Konseling
Tidak
dapat disangkal bahwa saat ini kita hidup dalam dunia teknologi. Hampir seluruh
sisi kehidupan kita bergantung pada kecanggihan teknologi, terutama teknologi
komunikasi. Bahkan, menurut Pelling (2002) ketergantungan kepada teknologi ini
tidak saja di kantor, tetapi sampai di rumah-rumah. Konseling sebagai usaha
bantuan kepada siswa, saat ini telah mengalami perubahan-perubahan yang sangat
cepat. Perubahan ini dapat ditemukan pada bagaimana teori-teori konseling
muncul sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau bagaimana media teknologi
bersinggungan dengan konseling. Media dalam konseling antara lain adalah komputer
dan perangkat audio visual. Komputer merupakan salah satu media yang dapat
dipergunakan oleh konselor dalam proses konseling. Pelling (2002) menyatakan
bahwa penggunaan komputer (internet) dapat dipergunakan untuk membantu siswa
dalam proses pilihan karir sampai pada tahap pengambilan keputusan pilihan
karir. Hal ini sangat memungkinkan, karena dengan membuka internet, maka siswa
akan dapat melihat banyak informasi atau data yang dibutuhkan untuk menentukan
pilihan studi lanjut atau pilihan karirnya.
Data-data
yang didapat melalui internet, dapat dianggap sebagai data yang dapat
dipertanggungjawabkan dan masuk akal (Pearson, dalam Pelling 2002; Hohenshill,
2000). Data atau informasi yang didapat melalui internet adalah data-data yang
sudah memiliki tingkat validitas tinggi. Hal ini sangat beralasan, karena data
yang ada di internet dapat dibaca oleh semua orang di muka bumi. Sehingga kecil
kemungkinan jika data yang dimasukkan berupa data-data sampah. Sebagai contoh,
saat ini dapat kita lihat di internet tentang profil sebuah perguruan tinggi.
Bahkan, informasi yang didapat tidak sebatas pada perguruan tinggi saja, tetapi
bisa sampai masing-masing program studi dan bahkan sampai pada kurikulum yang
dipergunakan oleh masing-masing program studi. Data-data yang didapat oleh
siswa pada akhirnya menjadi suatu dasar pilihan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Tentu saja, pendampingan konselor sekolah dalam hal ini
sangat diperlukan.
Sampsons
(2000) mengungkapkan bahwa fasilitas di internet dapat dapat dipergunakan untuk
melakukan testing bagi siswa. Tentu saja hal ini harus didasari pada kebutuhan
siswa. Penggunaan komputer di kelas sebagai media bimbingan dan konseling akan
memiliki beberapa keuntungan seperti yang dinyatakan oleh Baggerly sebagai
berikut:
1.
Akan meningkatkan kreativitas,
meningkatkan keingintahuan dan memberikan variasi pengajaran, sehingga kelas
akan menjadi lebih menarik;
2. Akan meningkatkan kunjungan ke web site,
terutama yang berhubungan dengan kebutuhan siswa;
3.
Konselor akan memiliki pandangan yang
baik dan bijaksana terhadap materi yang diberikan;
4.
Akan memunculkan respon yang positif
terhadap penggunaan email;
5.
Tidak akan memunculkan kebosanan;
6.
Dapat ditemukan silabus, kurikulum dan
lain sebagainya melalui website; dan
7.
Terdapat pengaturan yang baik
Selain
penggunaan internet seperti yang telah diuraikan di atas, dapat dipergunakan
pula software seperti microsoft power point. Software ini dapat membantu
konselor dalam menyambaikan bahan bimbingan secara lebih interaktif. Konselor
dituntut untuk dapat menyajikan bahan layanan dengan mempergunakan imajinasinya
agar bahan layanannya tidak membosankan. Program software power point
memberikan kesempatan bagi konselor untuk memberikan sentuhan-sentuhan seni
dalam bahan layanan informasi. Melalui program ini, yang ditayangkan tidak saja
berupa tulisan-tulisan yang mungkin sangat membosankan, tetapi dapat juga
ditampilkan gambar-gambar dan suara-suara yang menarik yang tersedia dalam program
power point. Melalui fasilitas ini, konselor dapat pula memasukkan
gambar-gambar di luar fasilitas power point, sehingga sasaran yang akan dicapai
menjadi lebih optimal.
Gambar-gambar
yang disajikan melalui program power point tidak statis seperti yang terdapat
pada Over Head Projector (OHP). Konselor dapat memasukkan gambar-gambar yang
bergerak, bahkan konselor bisa melakukan insert gambar-gambar yang ada di
sebuah film. Media lain yang dapat dipergunakan dalam proses bimbingan dan
konseling di kelas antara lain adalah VCD/DVD player. Peralatan ini seringkali
dipergunakan oleh konselor untuk menunjukkan perilaku-perilaku tertentu.
Perilaku-perilaku yang tampak pada tayangan tersebut dipergunakan oleh konselor
untuk merubah perilaku klien yang tidak diinginkan (Alssid & Hitchinson,
1977; Ivey, 1971, dalam Baggerly 2002).
Dalam
proses pendidikan konselor pun, penggunaan video modeling ini juga dipergunakan
untuk meningkatkan keterampilan dan prinsip konseling yang akan dikembangkan
bagi calon konselor (Koch & Dollarhide, 2000, dalam Baggerly, 2002). Sebelum
VCD/DVD player ini ditayangkan, seorang konselor sebaiknya memberikan arahan
terlebih dahulu kepada siswa tentang alasan ditayangkannya sebuah film. Hal ini
sangat penting, sebab dengan memiliki gambaran dan tujuan film tersebut
ditayangkan, maka siswa akan memiliki kerangka berpikir yang sama. Setelah film
selesai ditayangkan, maka konselor meminta siswa untuk memberikan tanggapan
terhadap apa yang telah mereka lihat. Tanggapan-tanggapan ini pada akhirnya
akan mempengaruhi bagaimana klien berpikir dan bersikap, yang kemudian
diharapkan akan dapat merubah perilaku klien atau siswa.
D.
Kerugian Penggunaan Media
dalam Konseling
Pelling
(2002) menyatakan bahwa, walaupun saat ini masyarakat sangat tergantung pada
teknologi, tetapi di lain pihak, masih banyak diantara kita yang mengalami
ketakutan untuk mempergunakan teknologi. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian
besar masyarakat kita masih percaya bahwa pernyataan-pernyataan yang diberikan
oleh orang tua atau orang yang dituakan masih dianggap lebih baik. Hal ini
tidak lepas dari budaya paternalistik yang melingkupi masyarakat kita. Sebaik
apapun teknologi yang berkembang, tetapi jika pola pikir masyarakat masih
terkungkung dengan nilai-nilai yang diyakini benar, maka data atau informasi
yang didapat seakan-akan menjadi tidak berguna.
Sebagai
contoh, seorang siswa akan memilih jurusan di perguruan tinggi. Mungkin mereka
akan mencari informasi sebanyak mungkin, dan konselor akan memfasilitasi
keinginan mereka. Tetapi, pada saat mereka dihadapkan untuk menentukan dan
memilih jurusan yang akan diambil, maka tidak jarang dari mereka akan berkata,
“Saya senang dengan jurusan A, tetapi nanti tergantung pada orang tua saya”. Contoh
lain, saat ini perkembangan teknologi sudah berkembang dengan demikian pesat.
Tiap manusia dapat berkomunikasi tanpa dibatasi rentang ruang dan waktu. Tetapi
dalam budaya tertentu, alat komunikasi ini bisa menjadi “tidak bermanfaat”.
Restu orang tua merupakan hal yang dianggap sakral oleh sebagian budaya
tertentu, bahkan meminta restu ini akan lebih afdol jika dilakukan dengan
melakukan sungkem. Untuk menunjukkan perilaku ini, maka seringkali mereka
melupakan kecanggihan piranti komunikasi yang sudah canggih, walau jarak yang
ditempuh untuk mendatangi orang tua relatif jauh.
Hal
lain yang terkait dengan penggunaan media dalam bimbingan dan konseling adalah
sasaran pengguna seringkali disamakan. Walaupun ragam media sudah
bermacam-macam, tetapi media ini seringkali masih belum bisa menyentuh sisi
afektif seseorang. Dalam bimbingan dan konseling dikenal istilah empati.
Penggunaan media, seringkali pula akan “menghilangkan” empati konselor, jika
konselor mempergunakan media sebagai alat bantu utama.
Klien
datang ke ruang konseling tidak selalu membutuhkan informasi dari internet atau
komputer, bahkan ada kemungkinan klien atau siswa datang ke ruang konseling
juga tidak membutuhkan bantuan dari konselor secara langsung melalui proses
konseling. Tetapi adakalanya, siswa atau klien datang ke ruang konseling hanya
ingin mendapatkan senyuman dari konselor atau penerimaan tanpa syarat dari
konselor.
Sebagai
benda mati, peralatan teknologi yang ada saat ini hanya bisa bermanfaat jika
dimanfaatkan oleh mereka yang memahami penggunaan masing-masing alat tersebut.
Artinya penggunaan teknologi ini akan memunculkan efek yang baik jika
dijalankan oleh mereka yang paham peralatan tersebut. Sebaliknya, peralatan ini
akan memberikan dampak negatif jika pelaksananya tidak memahami dampak yang
akan ditimbulkan. Banyak contoh kasus dampak negatif penyalahgunaan teknologi
informasi seperti beredarnya rekaman video porno di ponsel, beredarnya video
porno bajakan yang dilakukan oleh anak negeri dan lain sebagainya.
E. Simpulan
1.
Media bimbingan dan konseling saat ini
telah berkembang dengan pesat sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhan manusia
yang semakin meningkat;
2.
Media bimbingan dan konseling seperti
internet akan menyediakan data atau informasi yang akurat bagi siswa;
3.
Hubungan konseling memerlukan empati,
sehingga penggunaan media sebaiknya terbatas pada usaha perolehan data dan
informasi saja;
4.
Untuk mempergunakan media bimbingan dan
konseling perlu diperhatikan budaya yang dimiliki oleh siswa, sehingga
pemilihan media bimbingan dan konseling akan efektif;
5.
Perlu pelatihan atau peningkatan
kompetensi konselor dalam menguasai teknologi informasi;
F.
Referensi
Baggerly,
Jennifer. 2002. Practical Technological
Applications to Promote Pedagogical Principles and Active Learning in Counselor
Education. Journal of Technology in Counseling. Vol. 2_2.
Hartono.,
Soedarmadji, Boy. 2005. Psikologi
Konseling. Surabaya: University Press UNIPA Surabaya.
Hohenshill,
Thomas, H. 2000. High Tech Counseling.
Journal of Counseling and Development. V 78: 365-368.
Menanti, Asih.
2005. Konseling Indigenous. Makalah
disampaikan pada Konvensi Nasional ABKIN di Bandung 2005.
Pelling,
Nadine. 2002. The Use Technology In
Career Counseling. Journal of Technology in Counseling. Vol. 2_2.
Sadiman, Arief.
Dkk. 2002. Media Pendidikan: Pengertian,
Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press.
Sampson, James,
P. 2000. Using the Internet to Enchance
Testing in Counseling. Journal of Counseling and Development. V 78:
348-356.
Suyitno, Imam.
1997. Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Jurnal Sumber Belajar: Kajian
Teori dan Aplikasi. 4 Nopember 1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan bergabung ke MEMBERS CCI untuk dapat meninggalkan komentar sahabat.Terima Kasih!